Dalam suatu acara resepsi pernikahan salah seorang teman sejawat, aku sekeluarga menyempatkan diri untuk menghadirinya, kebetulan kami memang mempunyai hubungan kerja yang termasuk dekat. Apalagi resepsi tersebut terbilang besar-besaran mengingat bahwa mereka akan menikahkan anak perempuan semata wayang. Jadi bisa dibilang ini adalah pesta mantu yang pertama dan terakhir bagi keluarga teman sejawat kami itu. Resepsi diadakan di Hall salah satu Hotel bintang lima di kota Solo. Kebetulan hari Minggu, jadi sekalian anak2ku ku bawa semua, biasanya si untuk mengadiri acara2 seperti ini cukup aku dan istriku berdua.
Diluar perkiraanku, salah satu dari tamu resepsi adalah temanku semasa SMA di kota Purwokerto, wah….benar2 kejutan, karena kami sudah 23 tahun tidak pernah bertemu sejak lulus SMA dan masing2 meneruskan kuliah. Temanku tersebut, sebut saja namanya “Tony” (kusamarkan namanya)dulu kuliah di Fisipol jurusan Hubungan Internasional disuatu PTN Favorit. Setelah lulus dia mendaftar kerja di DepDagri Pusat dan di terima sebagai PNS. Sekarang dia sudah menduduki jabatan lumayan bagus untuk seusianya, eselon dua. Kariernya tebilang cepat, dia sudah mengambil S2 di salah satu Universitas ternama di Negara Inggris, beberapa kursus politik juga di ikutinya di beberapa negara lainnya. Ternyata si Tony ini masih keluarga dekat dari pihak besan mempelai perempuan.
Sebelum kami berpisah dan undur dari acara resepsi, kami berencana untuk menghabiskan malam ini berdua sebelum besok pagi dia take off ke Jakarta. Kebetulan si Tony juga menginap di hotel yang sama dengan acara resepsi diadakan. Kami janjian akan bertemu di café hotel pukul 8 malam.
Tepat pukul 8 malam aku sudahtiba di cafe hotel dan si Tony menyambutku, kami sama-sama berbaju batik, entah mengapa rasanya luwes aja dalam situasi yang setengah formil, tadinya aku mau memakai kaus kerah biasa tetapi mengingat tempatnya yang agak ”borju” maka ku urungkan niatku itu dan kebetulan kami berpikiran yang sama kayaknya...hehehe.
Tanpa basa-basi kami berdua otomatis bercakap-cakap dalam bahasa Jawa –Banyumasan, dengan logat ”ngapak-ngapaknya”, entah mengapa logat tersebut otomatis keluar dengan lacar begitu kami bertemu dengan orang2 yang berasal dari daerah yang sama, segala celetukan kasar dan ceplas-ceplos ala Banyumasan keluar dengan lancarnya. Kebetulan iringan life musik melantunkan lagu2 dengan irama jazz dengan beatnya yang menambah hangat suasana, mulai dari lagu2nya Shakatak, Chic Korea, Salena jones, Michael Frank sampai George Benson mengalun merdu, betul2 band dan penyanyi yang begitu populer di jaman ku SMA dulu. Sambil mengenang masa lalu, saat kami masih duduk di bangku SMA, sama2 masih lajang. Obrolan kami semakin memanas tak kala topik beralih tentang teman2 cewek SMA kami. Nasib mereka bermacam-macam, kebetulan si Tony ini mempunyai data lengkap tentang teman2 kami dulu, terutama yang cewek. Mereka mayoritas bernasib baik, berpendidikan tinggi, bahkan ada yang sudah menyelesaikan study S3-nya sebagai dosen , ada yang bekerja sebagai tenaga ahli di NASA, ada yang bersuami hebat, keluarga yang bahagia, kaya raya, ada juga yang biasa-biasa aja, tetapi ada juga yang bernasib sial bolak-balik kawin cerai atau malah ada yang belum nikah sampe saat ini, ada juga yang udah nikah tetapi belum di karuniai anak. Nah….temanku bilang, kalau teman2 cewek yang rumah tangganya bahagia/rukun itu karena para istri bisa menjaga kedaulatan suami2 mereka. Mulanya aku agak bingung dengan istilah ”kedaulatan” suami.....kemudian si Tony menjelaskannya dengan contoh ; Biarlah bila suami mereka pulang kerja terlambat bahkan sampai larut malam, atau pergi enggak tahu kemana, entah itu bisnis, atau dolan dan kencan dengan perempuan lain….itu enggak masalah….yang penting tetap pulang kerumah dan tetap sayang sama keluarga, perkara si suami bikin alasan yang aneh-aneh karena jelas-jelas bohong dan enggak masuk akal , biar saja….lebih baik bohong asal rumah tangga tenang, daripada jujur tetapi berantem terus malah menyakitkan…..!...Pokoknya jangan sampai kawin lagi..selingkuh nggak apa-apa.... Toh si istri juga nggak lihat dengan mata kepala sendiri. .....Hhmmm.....mendengar opini dia tenggorokanku langsung terasa kering...kutuang lagi minuman ke gelas kami, dan si Tony kembali meneruskan omongannya......lanjutnya; Nah... buat teman cewek yang rumah tangganya ribut melulu, katanya karena para isteri terlalu saklek/kaku/keras terhadap suami, dan terlalu banyak tuntutan terhadap suami, untuk selalu jujur. Bahkan seandainya si suami punya selingkuhanpun dia tetap minta si suami untuk mengaku dan dia akan marah besar kalau suaminya berbohong. Karena dia tidak mau ada wanita kedua dan seterusnya...lebih baik cerai daripada di madu atau di poligami. Dengan kata lain si isteri lebih memilih kejujuran yang menyakitkan daripada kebohongan yang menyenangkan/menenteramkan….!
Aku hanya bisa terpekur…kosong…syok…..Kupikir temanku mabuk, tetapi kalau lihat minuman yang kita minum, lebih banyakan aku yang meminumnya. Dan sampai saat ini bila memikirkan omongan dari temanku itu aku masih ‘puyeng’….. Apalah artinya perkawinan bila berisi kebohongan belaka ?……lalu….kalau memang mau mempertahankan keutuhan perkawinan dengan cara seperti itu……… “Adakah kebohongan dan kejujuran yang lebih tua dan lebih universal dari ini (perkawinan)?
Ahh….jangan-jangan temanku itu bohong yaa….?
Kudzu: proprietà e controindicazioni - Cure-Naturali.it
1 hari yang lalu