Jumat, Maret 06, 2009

Memilih Pasangan ....(yg seimbang)

Kita sering dihadapkan pada situasi dimana kita harus menetapkan pilihan. Contoh nya : memilih baju untuk dipakai resepsi, meilih kendaraan yang akan kita gunakan, memilih lokasi rumah, memilih presiden bahkan yang lebih penting lagi memilih pasangan hidup kita... ...
Sejak manusia dilahirkan sampai dia meninggal selalu dihadapkan pada situasi itu. Bagaimana sih cara manusia menetapkan suatu pilihan? Manusia pada dasarnya mempunyai naluri untuk memilih sesuatu yang merupakan kebutuhannya yg paling penting , paling mendesak.Namun tidak serta merta pilihan yang diambil itu boleh sembarangan saja dengan tidak memikirkan kepentingan pihak/orang diluarnya. Karena itu banyak faktor / kategori / kriteria yang digunakan sebagai dasar dimana seseorang menentukan pilihannya. Disini saya memakai istilah ”kriteria”.
Contoh paling sederhana, cara memilih Susu formula untuk anak, mungkin ibu-ibu akan memakai kriteria : harga,nilai gizi, kemudahan mencari/memperoleh, rasa, kemasan, pengalaman diri/keluarga, rekomendasi ibu2 lain dst..dst....
Nah dari beragam kriteria tsb akan dikelompokkan dalam 2 golongan ; yaitu kriteria diterima (inklusi) dan kriteria ditolak (eksklusi). Dari situ nantinya para ibu-ibu akan lebih mudah menetapkan pilihan susu formula yg akan dibeli untuk anak tercinta.
Tentunya keuntungan dari metode ini adalah kita bisa meminimalkan faktor emosi sebagai dasar menetapkan pilihan, misal tetanggaku anaknya di kasih susu Promil, ahh aku juga gak mau kalah, padahal kita tahu betapa mahalnya susu itu. Kerugiannyapun ada juga...yaitu semakin banyak kriteria yang ditetapkan maka akibatnya semakin sedikit kemungkinan mendapatkan pilihan.....ini wajar..karena tidak ada/jarang ada sesuatu yang memiliki nilai sempurna...paling bisa mendekati sempurna, itupun setelah kriteria agak dilonggarkan
Bagaimana seandainya teknik memilih itu diterapkan pada situasi dimana kita harus menentukan siapa teman dekat. pacar, pasangan hidup...? prosesnya sebenarnya sama, tetapi lebih ketat lagi. Kita pasti memulai dari performa si ”dia”.
Seandainya aku adalah wanita tentunya kriteria inklusinya a.l : si ”dia” harus lelaki sejati, kepribadiannya kokoh, bermental baja, sopan, tutur kata lembut, fisik bagus (ideal), intelegensia baik, pendidikan tinggi, pekerjaan mapan, keluarga baik-baik, keturunan juga tak ada yg cacat, berakhlak mulia, wajah tidak mengecewakan, romantis tapi humoris..tidak merokok,..dll . Itu mungkin kriteria yang ku gunakan, tetapi masalahnya keluarga kita pun mempunyai kriteria sendiri untuk calon menantunya....Nahh....hal inilah yang sering menimbulkan kesenjangan, dimana pilihan kita kadang tidak disetujui oleh keluarga kita, walaupun kita sudah jatuh cinta setengah mati..! Situasi seperti ini sering menimbulkan keadaan frustasi, dimana seseorang yang merasa bahwa pilihannya selalu tidak dapat ”menyenangkan” semua pihak akhirnya menjadi apatis, dan akhirnya mematikan rasio dan emosinya dan menyerahkan pilihannya pada keluarga (orang) lain.....akibatnya bisa ditebak, bahtera rumah tangga yang mereka tumpangi berlayar laksana perahu di tengah badai, terombang-ambing kesana-kemari...penuh dengan gejolak, perselisihan, pertengkaran....susahnya lagi kalau kadung sudah ada anak.
Memang anak bisa dijadikan sebagai alasan sebagai alat pemersatu dan mencegah perceraian...tetapi kasihan sekali status anak tersebut seandainya hanya berfungsi sebagai meterai pada surat yang rusak!!
Lalu bagaimana cara kita menetapkan pilihan untuk pasangan hidup kita dengan benar? Memang sudah banyak cerita maupun buku2 panduan bagaimana cara memilih pasangan hidup. Cuma saya memiliki pandangan bahwa: Seandainya sudah mantap dengan pilihan kita dan si ”dia” pun memiliki komitmen yang sama dengan kita sesuai dengan kriteria yang sudah kita tetapkan, jalani saja...!!

Menikah adalah suatu komitmen, maka kita jelas membutuhkan waktu untuk saling mengenal terlebih dahulu untuk menilai kecocokan kita dan saling menyelaraskan nya, dan keseimbangan lah yang diharapkan bukannya ketimpangan. Memang butuh perjuangan yang berat, tetapi seandainya kita bisa melaluinya dengan sabar dan telaten, maka semoga akan membuahkan hasil yang baik, yaitu rumah tangga yang ”sakinah” yang berbahagia yang dapat menjadi contoh ideal bagi keluarga2 yang lain.
Begitulah para pembaca sekalian, sedikit uneg-uneg saya tentang ”memilih”, tetapi perlu kita cam-kan benar-benar : memilih itu memang sulit, tetapi lebih sulit lagi menjadi yang terpilih.

12 komentar:

  1. Ingat nggak politisi karbitan yg kmrn sering berkoar di TV..."hidup adalah perbuatan", lain lagi kalo buat Bang Rhoma dalam aksi filmnya yang bertemakan ...hidup adalah "perjuangan dan doa" dan saat ini mas Srex scr implisit menegaskan.."hidup adalah pilihan!" dan filosofi inipun menjadi salah satu kerangka dasar dari ilmu ekonomi.... so "pilihan"nya skrg buat Srex apa mau dikarbit spt politisi itu...atau jadi artis yang raja dangdut (dan raja kawin) atau jadi dosen ekonomi/ekonom aja....halah!

    BalasHapus
  2. Ad sedikit perbedaan antara laki-laki dan wanita memilih pasangan hidup. Pihak keluarga (orang tua)lebih cenderung ikutan mencontreng (atau mencoblos?) pada pilihan anak wanitanya,kalo laki-laki lebih bebas untuk memilih.
    Tentang syusyu,saya kenal dengan seorang bijak,yang memilih susu dengan kaleng yang penyok karena benturan atau tindihan. Alasannya,jika bukan kita yang beli,siapa lagi yg akan membeli,kasihan pemilik toko akan merugi.
    PS:saya juga mau memilih nih,Mas,tapi belum ada pilihan xixixi...

    BalasHapus
  3. Ini pasti terinspirasi sama postingan moerti ya, Om? xixixixi..

    Ya, memang punya kriteria boleh2 saja. Tapi jangan jadi patokan, klo terlalu berpatok pada kriteria, akhirnya nggak jadi jadi dooong...

    BalasHapus
  4. @mas Bontot: setuju! Hidup adalah pilihan mas...makanya supaya tetap 'hidup'...harus berani kawin...eh salah.!...memilih ding...! Hayaaah....

    @mas Psy: tul mas, adat timur posisi wanita blm sepenuh nya 'bebas' dlm menentukan pilihan...
    Btw, soal syusyu.., buatku gak masalah isinya...buat anak aja, yg penting 'kemasan'nya...baik untuk ayah...xixixi....penyok dikit gpp lah...asal utuh...

    @mb Niet: mungkin perlu pake skala prioritas ya mbak?
    Kok tau aja soal inspirasi nya? Wah....

    BalasHapus
  5. Sebagai manusia kita memang sangat terbatas mas,terkadang apa yang menurut kita baik dan menjadi pilihan kita ditengah jalan ternyata berubah menjadi buruk.Hidup memang sebuah pilihan.Memilih,memilah.Tapi menurut sy yang paling penting setiap pilihan harus disertai do'a.

    BalasHapus
  6. Aku kira , tidak bisa menyamakan antara memilih barang dengan memilih jodoh(istri/suami).Kalau barang sudah pasti tetap, but kalau manusia di suatu saat bisa berubah.Pilihan tidak selalu menjamin kesuksesan. Di "masalah jodoh".

    BalasHapus
  7. ganda campuran yang seimbang dan berkualitas akan mampu melewati rintangan pada setiap pertandingan. selamat memilih Mas,....eh Moerty sweety. hehehehe

    BalasHapus
  8. @mas Alijaini: itu lah hal yg tdk dapat diprediksi mas...konsekwendi dari suatu pilihan, harus siap...dan bantuan doa akan menuntun kita. Tx u

    @mb Aisha: yaw...jodoh adalah rahasia Illahi, kita hanya bs mohon petunjukNya untuk menetapkan pilihan, tp seandainya berubah....itu manusiawi skali...tx ya mbak.

    @bangbong Jun: ganda campuran yg main di stadion ataw di lapangan mas? Sama berkeringatnya. Kalo main disawah...? Ogah ah! Becek...nggak ada ojek...hehehe.,.tx moer.,eh, bang Jun...

    BalasHapus
  9. hmhmh....

    saya punya pandangan sedikit tentang memilih ini pak srex.. hanya saja pandangan ini datangnya dari yang lemah susah kebenarannya bisa ditakar.

    manusia memang diberi kebebasan memilih. bahkan memilih agama saja bebas kok. ngga ada larangan mau keluar masuk agama. apalagi milih yang lain. hanya saja dibalik pilihan itu ada konsekuensi.

    bila memilih adalah hak kebebasan manusia yang diberikan ALlah kenapa Allah harus menetapkan takdir dan jalan hidup/ garis tangan?

    intinya. apapun pilihan kita sebenarnya tidak akan pernah merubah apa yang telah ditetapkan. silahkan memilih toh 1 deik kedpean pun kita tidak pernah bisa menebak apa yang akan terjadi.

    berjuang dan berdo'a adalah jawaban paling tepat secara logis bagi kesadaran manusia untuk terus bisa memiliki harapan. namun apapun yang terjadi sejak nyawa ditiupkan ya inilah jalan kita. tiada yang akan berubah.

    begitukan yang dimaksud bahwa jodoh, rezeki, mati, dan akhlak baik adalah sudah ditakdirkan?

    bila berkaitan dengan jodoh sebenarnya kembali saja kedalam pribadi tiap individu?

    bila ada kaidah jelas bahwa yang baik untuk yang baik dan yang buruk untuk yang buruk. maka menjadi bagaimana pun kita maka seperti itulah jodoh kita.

    BalasHapus
  10. tentang pilihan pasangan, kadang pengen yang sempurna, harus ini harus itu, tapi nyadar ga sih kalo kita ga sesempurna itu?! jadi ya wajar ajah kalo ngasih 10 kriteria dan hanya terpenuhi at least 7?! xixixi... sayah link balik ya Pak...

    BalasHapus
  11. @Masicang : kita memang terbatas sekali dalam memecahkan misteri Ilahi...bahkan Takdir adalah merupakan rahasia yg terbesar yang tak akan mungkin bisa kita ramalkan. Tetapi kebebasan manusia untuk memilih juga merupakan suatu karunia Illahi...dimana manusia tentunya dibei kemampuan kognitif untuk melakukan suatu pertimbangan tentang cara memilih "yg baik dan benar"
    Berjuang dan berdoa, adalah salah satu bentuk dari "penyerahan diri secara total dari manusia kepada Yang memberi Hidup, ntuk memohon Ridho-Nya......Tx mas, komen mu cukup mengena....
    ===================================

    @Quinie : tx dah mampir...link is ok!
    btw...manusia maksimal cuma bisa dapat angka 9, angka 10 (perfect) punya Yang Maha Kuasa....aku juga banyak kelemahannya, maka aku mencari istri juga yang banyak "kelebihannya" ...xixixixi, aw...Tx U

    BalasHapus
  12. wuih bener2 kenyang pengalaman ya pak.. memang setiap orang pasti ketemu titik jenuh. yang sabar doeloe aja pak.

    BalasHapus