Minggu, Februari 01, 2009

Polemik - Politik - Pemilu - Prihatin

“Kuman di seberang lautan tampak
Gajah di pelupuk mata tak tampak”

“Mikul dhuwur
Mendhem jero”

Saya kira pepatah yang begitu agung diatas itu, masih tetap relevan sebagai tuntunan kita selayaknya orang Indonesia yang mengenal dan menjiwai budaya sopan santun adat timur.
Dengan dalih apapun, tindakan menjelek-jelekkan orang lain demi keuntungan pribadi atau golongan tertentu, itu tidak benar! hanya sekedar memenuhi kepuasan akan ambisi politik...layaknya orgasme politik..?
Bahkan lebih tepat seperti melumuri wajah sendiri dengan kotoran!.
Apakah setelah itu wajah kita akan berubah menjadi indah, lebih jelita, atau lebih tampan?.....tergantung dengan apa kita membasuhnya!
Kalau kita membasuhnya dengan api maka wajah kita akan semakin berantakan, tetapi bila kita membasuhnya dengan air bersih yang suci, maka wajah kita akan kembali bersinar, lebih bersih dan lebih baik dari sebelumnya!
Saya mengajak anda dan kita semua untuk memikirkannya bersama dengan penuh kerendahan hati dan jiwa yang “legowo”


(prihatin terhadap polemik antar Par-Pol , pemilu’09)

28 komentar:

  1. perang iklan,perang opini dan klaim kesuksesan antar partai yang kita lihat, kita saksikan belum seberapa.karena genderang perang belum resmi di tabuh,

    nantikan saja saat "goro-goro"-nya tiba.

    BalasHapus
  2. Mas...aku gak suka politik..lagian enak bikin kue aja..
    tapi orgasme politik itu kayak apa ya....? aku belum tau tuh....hihihi.....

    BalasHapus
  3. nah karena Moerti udah komen, saya juga mau komen heheheh,...

    Masalah bangsa ini bukan pd masyarakatnya tapi pada pemimpin masyarakatnya

    Masalah bangsa ini bukan karena Moerti yang jago bikin kue tak suka politik, tapi karena para politisi dan pemimpin suka berebut kue.

    hiihihih,...

    buat NonaMbakBuk Nirmala : goro-goronya sudah datang saat Dinda Moerti bertanya "tapi orgasme politik itu kayak apa ya....? aku belum tau tuh....hihihi...."

    Buat Dinda Moerti, sebenarnya saya adalah PSK (Pemakan Segala Kue) hehehehe,....

    BalasHapus
  4. Praktik falsafah Jawa yang seharusnya luhur makin memprihatinkan!
    Tidak digunakan dalam proses perdamaian.
    Justru terjadi pada proses pengadilan...!

    BalasHapus
  5. wadooooww..apalagi pilgup di jatim nih pak..ga mari2!!!
    heran deh..diulang2 terus ampe mo ke-4 (kebangetan kl bener diulang lg neh)
    yah itu tadi...sikap legowo-nya kok ga muncul yak??

    BalasHapus
  6. @mas Nirmana : yo mas, itu baru fase suluk dalangnya...belum goro2 nya...kalo udah gitu tancep kayon nya kayak apa ya....? semoga penontonnya pulang dengan puas ya....
    (asal bukan dalang gendheng / dalang setan deh yg mainin)
    ===================================

    @mbak moerti: ku kira sama aja dg orgasme dg PSK hahaha....(pemakan segala kue....setuju bang Bongjun?)
    Eh,,,kapan2 postingin kue2 bikinan mu donk...siapa tahu isa di komersilakan kayak produknya mas Nirmana...
    ===================================

    @bang Bongjun: Tepat bang,,,,selama ini para pemimpin kita memang berkelakuan seperti anak kecil kelaparan yang berebut kue (remah2 kue)...padahal mereka sebenarnya bisa dengan sopan mengolahnya sendiri dengan tanpa hura-hura dan koar-koar...kayak mb morti itu loh...tenang, santai, nyaman dan bahagia dengan kue nya..bebas intervensi politik dan kaum laki2 yg doyan PSK...hahaha...
    ===================================

    @mbak Shanty:ironi mbak...falsafah luhur yang diselewengkan sak enake udele dewe.

    BalasHapus
  7. @ mb Kristin : (nyambung)
    naah...ini dia contoh yang nggak bener mbak...malu2in...diulang-ulang kalo emang udah kalah ya sudah...gak usah terus protes dan koment yg aneh2...itulah masalah yg bikin aku bikin posting ini...
    (perempuan kok gitu ya,,,?)

    BalasHapus
  8. Kelegawaan itu ada manakala terdapat sistem dan tata aturan yang ditegakkan dan dihormati. Selama hal itu belum ada, maka jangan berharap ada sikap menerima kenyataan, pasrah, legawa dan sebagainya. Sebaliknya, sistem dan tata aturan yang tegas dan ditegakkan, maka sedikit atau banyak akan mengurangi atau bahkan meniadakan sikap tidak legawa.

    BalasHapus
  9. Apapun politiknya, problemnya tetap....

    BalasHapus
  10. sebab yang dicari dari POLITIK itu kan UANG dan KEKUASAAN, jadi ya sudah dari doeloenya uang dan kekuasaan itu membutakan kita sebagai manusia yang bersaudara mas, mungkin kira2 begitu ya?...

    BalasHapus
  11. @mas Arif Ullyanof: sistem dan tata aturan di negara kita memang belum bs dijalankan dg konsekwen, kita smua tahu itu, tp kita jg harus memaklumi bahwa kalo yg membuat UU itu 'preman', maka UU yg dihasilkan jg 'UU Preman' . Tx mas...

    @mb Artika: kayaknya komen mu yg singkat sangat relevan untuk post ini. Politik itu harus dinamis ...menyesuaikan dg problem utama bangsa ini : kemiskinan, kebodohan, kemaksiatan, pengangguran,perusakan lingkungan, gerakan2 separatis yg terpendam, dll
    Makasih dah muncul lagi Tika....

    @mas Dedi: semakin tinggi dan semakin dekat dg kekuasaan maka peluang dan kaliber korupsi makin dekat. politik merupakan salah satu alat untuk mencapai legimitasi kekuasaan... Tx U

    BalasHapus
  12. Saya sih nggak akan mengomentari masalah politiknya, tp masalah menjelek2an orang lain. Baru saja saya membuka satu blog yg isinya hanya menjelek2an satu institusi di mana si empunya blog berkuliah di institusi tersebut. Duh.. saya prihatin, saya malah bangga dengan almamater saya (beda sama si empunya blog tapinya). Lah.. ini malah ngejelek2in almamaternya sendiri.

    Lho.. kok jadi ngomongin almamater.. maaf ah, jadi curhating dan spamming di sini.. hihihihi...

    BalasHapus
  13. Itulah penyakit bangsaa kita ini...
    SIRIK" salam kenal yaaa

    BalasHapus
  14. @mb anita: itu namanya orang yang tidak tahu terimakasih, tidak punya 'sense of belonging'...biarin aja, ntar jg tau rasa. Tx ya mbak.

    @mr Bien: hahaha.,pdhl 'sirik itu tanda tak mampu' ya...setuju!
    Makasih dah mampir- slm knal balik ya...

    @4 All : TERIMA KASIH....Semoga bermanfaat bg kita semua. GBU all...!

    BalasHapus
  15. Pemilu ? .... weleh bikin aku bingung ... Ngak percaya ? ini buktinya :

    PEMILU, PEMALU DAN PEMULA

    Tujuh puluh satu hari lagi, tulisan kecil di pojok kanan halaman utama harian umum Republika edisi Rabu tanggal 28 Januari 2009 berhasil melabuhkan mataku beberapa saat disana, entahsejak kapan dimulainya yang jelas baru hari ini pojok kecil yang menginformasikan hitung mundur jadwal pemilu legislatif tersebut sedikit menjadi titik perhatianku dan menggelitik pikiran ngawurku untuk menulis tentang Pemilu, Pemalu dan Pemula.

    PEMILU
    Pemilu ( pemilu legislatif ) atau tetangga sebelah menyebutnya pilihan raya adalah hajatan rutin lima tahunan yang diselenggarakan sebagai sarana untuk memilih wakil-wakil rakyat di parlemen setidak-tidaknya itulah pemahaman awam aku. Bagiku mungkin ini adalah pemilu kelima yang aku mendapat kehormatan ( diperhitungkan ) menjadi rakyat Indonesia dengan masuknya namaku sebagai salah seorang calon pemilih.
    Calon pemilih ?, di daerah mana ?, yang dipilih siapa ? dari partai apa ?, kenapa harus dia ?, hebatnya apa ?, manfaatnya apa ?. Setidak-tidaknya tujuh pertanyaan tersebut mengalir dalam benakku.Untuk pertanyaan nomor satu dan dua tentu sudah jelas jawabannya namun untuk pertanyaan-pertanyaan berikutnya, berkaca pada pemilu-pemilu sebelumnya yang hasilnya tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap hidup keseharianku maka pandanganku agak sedikit pesimis.bagiku selaku pemilih, pemilu atau tidak pemilu sama saja, ngak ngaruh, emang gua pikirin. Pemilu hanya akan memberikan manfaat nyata kepada yang dipilih berupa kepastian penghasilan berikut fasilitas selama lima tahun sementara bagiku paling-paling hanya bonus libur pada hari pemilihan……. lalu apakah masih perlu aku melakukan pilihan ?.

    PEMALU
    Kata pemilu dengan kata pemalu hanya dibedakan oleh huruf “a” dan huruf “I”, huruf “a” dalam alphabet adalah huruf awal sementara huruf “I” huruf kesembilan artinya “ a “ lebih dulu lahir dari “I”. Jadi menurutku sebelum seseorang mempunyai hasrat untuk menjadi wakil rakyat pertama-tama dia harus menempatkan dulu kata pemalu dalam kamus perilakunya tapi mari kita lihat apa yang terang benderang diberitakan di media masa. Tampaknya kata pemalu ( baca: budaya malu ) sudah lama hilang dalam perbendaharaan kata-kata mereka. Ketangkap basah menerima suap tapi petantang – petenteng berlagak bersih, diputus bersalah karena sogok tapi berlagak lugu bagai innosen, terbukti jelas bermesum ria tapi masih ngotot berlagak suci, omongan ngawur dan tak jelas tapi berlagak pintar dan tahu segalanya bla-bla-bla. Lalu mari kita lihat pula lautan baliho “caleg” yang menyebar di seantero negeri saat ini, wajah-wajah ngak jelas dan tidak dikenal melambai-lambai menjajakan diri terkadang dengan slogan kata-kata yang kadang menafikan akal sehat ; pembela wong cilik, pilihan warga kota x, sudah teruji, bersih dan amanah, bla-bla-bla. Adakah kata-kata pemalu hadir dalam hati mereka ?. Apa yang mereka telah lakukan ?. Siapakah mereka ?. Kenapa aku harus milih mereka ?. sekali lagi kayaknya sampai pemilu mungkin pertanyaan tersebut masih menggelantung dikepalaku.

    PEMULA
    Bagi anakku Muthiara, Naga dan Anugerah pemilu ini adalah pemilu awal yang mengukuhkan mereka sebagai calon pemilih artinya pemilu ini dapat dikatakan sama halnya dengan malam pertama mereka namun sedikitpun aku tak melihat adanya gairah atau perhatian khusus mereka dalam menyambut “malam pertama” ini ….. apa yang salah dalam hal ini ?. mari kita lihat jawaban yang keluar dari mulut-mulut mereka ketika aku menanyakan tentang dinginnya sikap mereka menghadapi “malam pertama” ini.

    Muthiaraku :
    Capek mikirin yang begitu-begitu, ngak ngaruh sama aku, lihat aja di media mereka ngeributin yang ngak jelas, bisanya ngomong doang, bikin statement, serang sana serang sini ….. ngak mutu.

    Nagaku :
    Bukannya ngak tertarik ayah tapi pernahkah mereka mengenalkan diri mereka secara langsung. Jadi aku mau milih siapa ?, karena apa aku harus milih dia?, jejak rekam dia seperti apa ?. Apa yang dia tawarkan kalau aku pilih ?. kalau semua itu aku ngak dapatkan jawabannya, masih masuk akalkah jika aku memilih ?.

    Anugerahku :
    Menimbang berdasarkan informasi dari mass media, mengingat wajah-wajah tak kukenal yang melambai di baliho-baliho dengan kata-kata yang kadang tidak masuk akal maka aku memutuskan bahwa pemilu yang ini sama dengan “ wujudihi wa kiyamuhu “ artinya ada dan tiada sama saja.
    Aku terduduk bingung dan kesepian ditengah lautan baliho yang melambai-lambai memanggilku. Adakah mereka tahu apa yang aku dan anak-anakku pikirkan saat ini ..wallahualam.

    BalasHapus
  16. @mas Kabasaran: opini anda memberi banyak masukan pd posting saya...! Saya dedikasikan untuk semua teman2 blogger.
    Tx udh mampir, salam kenal juga, nanti tak mampir balik.

    BalasHapus
  17. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  18. makasih untuk mampir dan komennya

    BalasHapus
  19. semoga dgn pemilu, Indonesia semakin baik....

    BalasHapus
  20. sebenarnya nggak ada pemimpin di negri kita fine2 aja tuh, contohnya di jatim, udah berbulan2 nggak punya gubernur rakyatnya tenang2 aja, masih bisa ngejalani aktivitas sehari2, ya masih bisa makan dll.
    dimana sebenarnya letak kebutuhan kita terhadap seorang pemimpin negri ini?.
    salam kenal

    BalasHapus
  21. @choper W: i hope so.,tx 4 coming.

    @ Fernando : kita harus bedakan antara pemerintah (bc: pemimpin) dan system pemerintahan. Figur dan Fitur pemimpin sangat menentukan, entah sebagai simbol atau pun sbg seorang administrator....nah bl tak ada pemimpin brarti 'chaos' menanti. Masih ingat tragedi Mei? Awal runtuhnya or-ba? Kerusuhan di Jakarta n dimana2?
    Tx 4 coming, lam knal balik ya...

    BalasHapus
  22. Pada dasarnya memang strategi politik itu saling menjatuhkan,saling menumbangkan , demi kepentingan golongan.kalau tidak begitu tidak akan ada yang menang!

    Terlambat coment nih!gpp yah

    BalasHapus
  23. @mb Aisha: betul sekali, mungkin kalo mau diperhalus : dalam politik tidak ada kawan atau lawan...yg ada kepentingan bersama/gol/partai.
    Sehingga sah2 aja orang pindah2 partai! Yg penting menguntungkan partai...
    Bagaimana mbak Aisha....?

    BalasHapus
  24. *Salam kenal ya...,

    *Oh iya sy mengundang anda tuk membaca Novel sy yg berjudul HEXVERSTOONE di blog saya, kl gak keberatan sekalian di follow, mohon dukungannya

    *Salam hormat

    BalasHapus
  25. ok kita dukung damai dalam perbedaan

    BalasHapus
  26. wah kayaknya nggak mungkin deh..palagi bulan depan..bisa2 urat saraf tegang..puanaaaasss pokoknya..

    BalasHapus
  27. sy sependapat dengan Anda.
    sy ga habis pikir dg iklan partai TV,bisa jadi satu partai menghabiskan milyaran rupiah hanya untuk iklan TV saja. belum yg kegiatan yg lainnya. semakin kasat mata saja, dari mana mereka mendapatkan modal balik?
    kapan ya gaji pejabat negara dibawah gaji guru ??

    BalasHapus
  28. sy sependapat dengan Anda.
    sy ga habis pikir dg iklan partai TV,bisa jadi satu partai menghabiskan milyaran rupiah hanya untuk

    iklan TV saja. belum yg kegiatan yg lainnya. semakin kasat mata saja, dari mana mereka mendapatkan

    modal balik?
    kapan ya gaji pejabat negara dibawah gaji guru ??

    http://www.nulis.web.id/kampanye-damai-pemilu-indonesia-2009/

    BalasHapus