Selasa, Juni 02, 2009

Antara Solo-Jogyakarta (sebuah renungan)


Perlahan ku belokkan arah mobil menuju pintu gerbang itu, keramaian mengelilingi kami berdua, becak mangkal, bus kota dan angkutan kota yang ngetem seenaknya, ojek mencegat penumpang dan bakul makanan yang menggelar dagangan diemperan jalan. Selayang ku pandang tulisan di atas gerbang itu, “setasiun Solo Balapan”. Hmm…..stasiun KA di kota Solo. Ini adalah hari ke dua dan terakhir mengikuti acara di Jogyakarta. Kemarin aku bolak-balik dengan menyetir mobil sendiri. Jarak 70 km sekali jalan harus kutempuh 2 jam. Begitu padat lalu lintas, campur aduk antara sepeda motor hingga truk trailer raksasa, belum lagi orang nyebrang jalan seenaknya serta lampu trafik yang menyebalkan. Pegal rasanya betis ini, kuputuskan untuk menumpang KA Prameks (Prambanan ekspres) yang melayani jalur pendek Solo-Jogyakarta.
Setelah ku parkir mobil, ku bilang “ Nanti ku kabari kalau sudah mau sampai Solo, jemput aku di depan pintu gerbang saja ya Ma..”, isteriku mengiyakan dan balas ucap ; “ Ok Pa…tace care yoo….”. Setelah istri keluar dari halaman setasiun, aku menuju loket karcis, kubayar 1 lembar, 7 ribu perak, kereta masih 15 menit lagi berangkat., jam 6.30.
Sambil menunggu, kuletakkan pantatku di bangku panjang di dekat pos Satpam. Kunyalakan sebatang LA menthol light…..mmm…sedaap…..peduli setan belang dengan larangan merokok, ini stasiun terbuka bung….
tak berapa lama,ku lihat di depanku seorang ibu muda berusaha menenangkan anaknya yang tampak gelisah sambil menunjuk-nunjuk aku…si ibu juga kelihatan sungkan dan agak ngeri kayaknya….ada apa sih…oh iya mungkin karena wajahku yang tampak aneh di banding penumpang2 lain? Kuperhatikan sekelilingku, orang2 yang menunggu, hmm..memang beda…raut wajahku berbeda dengan orang Solo kebanyakan. Ku raba bulu2 cambang dan jenggotku…dah 7 hari belum sempat bercukur, keliatan brewoknya, ditambah alis tebal, kumis kasar, rambut pendek 2 cm, serta kaca mata RayBan kesayanganku…pantas aja anak itu gelisah…hehehe….
Sebentar kemudian KA memasuki stasiun, bersama-sama penumpang lainnya kami mencari tempat duduk. Kursinya memanjang berhadap-hadapan, lumayan bersih, karena jarak pendek yang pasti nggak ada toilet, maka bebas dari bau pesing yang kerap menjadi aroma terapi di KA Indonesia, tidak terkecuali kereta kelas Argobromo sekalipun yang eksekutif. 10 menit kemudian kereta berjalan, pelan2 mengembangkan kecepatannya. Jalur Solo – Jogya sudah double track, sehingga tidak perlu berhenti di stasiun kecil bila crash dengan kereta lainnya, makin lama makin cepat…buset…masinisnya jago juga, kuperkirakan ini kereta lari sedikit di atas 100km/jam…pengin rasanya aku yang mengendalikannya…naluri need for speed ku bangkit lagi.
Sambil menikmati perjalanan singkat ini, pikiranku menerawang jauh melampaui kecepatan kereta ini…sampai ke masa-masa silam saat aku masih sekolah dulu. Perjalan kereta selalu menimbulkan sensasi tersendiri, ada rasa yang aneh selalu mengingatkan dengan peristiwa yang menyenangkan, menimbulkan mood yang baik. Ku rasa pengalamanku saat masih balita, begitu senangnya pertama kali di ajak naik KA oleh kedua orang tuaku ke Jakarta masih membekas, suatu kebahagiaan terpendam, rasa nyaman dan rindu akan belaian kasih sayang kedua orang tuaku…ahh…sudahlah…mereka sudah meninggal dunia semuanya. Kembali aku merenung…ternyata seusia aku saat inipun rasa rindu akan kehadiran orang tua selalu muncul, rasa takut, rasa cemas, gembira, saat berada didekat mereka merupakan kenangan yang tak terlupakan…seperti halnya anak kecil tadi yang takut melihat penampakanku…begitu dia mencari perlindungan pada ibunya…mungkin juga hal ini akan membekas di benak anak kecil itu kelak.
Kusapukan pandanganku kesekeliling gerbong, ada sepasang ABG, mungkin seumur anakku yang di SMA, yang perempuan duduk asyik mengangkat ke dua kakinya ke atas kursi dan si cowok dengan santainya mengambil foto2 si cewek dengan kamera ponsel, penumpang lain hanya tersenyum dan yang lainnya pura-pura tidak melihat…aku jadi ingat lagi masa-masa sekolah SMA… seperti itulah aku dulu, hidup begitu indah, pergaulan yang menyenangkan dan perjalanan yang menggairahkan….
Di sudut seberang dekat pintu antar gerbong kulihat seorang laki-laki tua, mungkin sekitar 70 tahun,berkaca mata tebal, bingkai tanduk, memakai Jas hitam lusuh tanpa dasi dengan celana abu2, serta sandal selop…asyik memperhatikan pemandangan di luar kereta….sambil sesekali memperhatikan penumpang2 lainnya. Mungkin dia juga mempunyai pikiran yang sama dengan aku….betapa panjang perjalanan hidup kakek itu..., lebih banyak lagi kenangan2 yang terlintas di benaknya, aku masih belum apa2 dibanding dia. Kakek tua itu sudah begitu sarat dengan pengalaman hidup, berapa generasi sudah dia lewati mulai dari zaman penjajahan Belanda, Jepang, Kemerdekaan, Orla, Orba, Reformasi, dan yang sekarang ini Pasca reformasi. Di balik Jas nya yang lusuh, sang kakek itu tetap yakin jas adalah jas, selusuh apapun jas yang dia pakai akan tetap lebih sopan dari pada kaus yang berharga ratusan ribu. Semiskin apapun dia, dengan menggunakan jas nya itu dia tetap merasa sebagai orang yang lebih ber kelas. Aku menghela nafas….Hhhh…Memang benar, cara kita berpakaian justru menunjukkan penghormatan kepada diri sendiri , kadang lebih dari penghargaan kepada orang lain. Aku sering melihat memang di desa-desa tempatku tinggal, saat maghrib, para pemuda, bapak-bapak dan kakek2 berjalan menuju masjid dengan mengenakan sarung dan memakai jas, dengan wajah yang cerah mereka memenuhi panggilan shalat…menyenangkan melihat mereka yang sehari-hari bermandi keringat dengan baju lusuh menggarap ladangnya, tampil bersih menghadapNya.
Sebentar kemudian kereta memasuki stasiun KA Tugu-Jogyakarta…perjalanan singkat 1 jam. Aku melangkah keluar dari stasiun dan menaiki becak yang ku minta mengantar ke tujuan, semilir angin dan deru knalpot kendaraan bermotor tidak mempengaruhi pikiranku yang masih terpaku ke sensasi di kereta tadi.
Kadang orang memang perlu untuk recollect juga…butuh suasana tertentu yang dapat menghantarkan kita pada perenungan perjalanan hidup, melatih kepekaan rasa kita, memperkaya bathin kita akan kemanusiaan, mulai dari diri kita, hidup kita dan juga orang2 dari masa lalu kita. Yang mungkin telah tiada, maupun yang hilang di telan waktu dan kita tidak tahu apakah akan bertemu dengan mereka-mereka suatu saat….ya…suatu saat nanti...ntah kapan................

*buat; more than chocolate.

24 komentar:

  1. aku yo merenung dadian, sakjane awake dewe ki saiki ngopo yo tur sopo to, kok...
    memang naik kereta bisa bikin pikiran jadi aneh dan yang jelas malah fresh... salut...

    BalasHapus
  2. waaah senangnya naek kereta ya Om?!, bisa ketemu banyak orang...
    hal ini mengingatkan ane sebagai makhluk sosial disamping sebagai makhluk tuhan n makhluk pribadi sehingga tidak seenaknya sendiri....
    anak kecil yang nangis tuh nggak sampai "sawanen" kan xixixixi.....becanda-becanda

    BalasHapus
  3. @bang H Fer: fungsi keberadaan manusia sangatlah luas...untuk apa kita diciptakan pasti ada maksudnya...
    O ya, bocah kecil itu baik2 aja....cuma memang penakut...tx ya.

    @mas Sarden: iyo mas, justru amargo kito manungso, mulane duwe fantasi.,kuwi bedane karo liyane...tx u..

    BalasHapus
  4. Hmm ikut termenung-menung dan hanyut dengan ceritanya udah di tinggal ayah bunda ya? bener saya ikut menetes airmata,ikut terbayang bila suatu saat nanti saya seperti itu, meski ayah bundaku masih ada ,bahkan nenek kakekpun masih ada alhamdulillah.Perjalanan yang melelahkan pastinya.Alhamdulillah dengan selamat di perjalanan dok.Sebesar ini saya belum pernah naik KA.Tapi kalau ditaman anak-anak kereta mainan yang jadi tujuan pertama (waktu kecil) heheh.Kali-kali pengin mencoba.Tapi kapan ya? kayanya nggak berani hihih.

    BalasHapus
  5. Busyet, pak dokter ngerokok jg ?? Btw, ke solo dlm rangka apa pak ?? Kok prgny sendirian ?? Kykny tuh bocah bknny takut deh.. Cm krg gaul aja.. Masa ada tukul di kereta, kok malah nangis, ha3x..

    BalasHapus
  6. @Mb Aisya: trims simpatinya, memang aku dah gak punya ortu lagi, makanya buat Aisha, nikmatilah setiap waktu untuk dekat dg orang tua, kakek nenek mumpung masih dikarunia kesehatan, setiap detik, setiap menit terlalu berharga untuk terlewatkan....
    Di Arah saudi gak ada kereta api ya? Yg paling dekat dimana? Turki?

    @Nitnot : hehe.,baru tahu ya....ya gitu lah aku....'preman-look'
    Soal anak kecil tadi bukannya takut liat tukul, tapi takut liat kanibal...hahaha.,
    Tx

    BalasHapus
  7. Wah,....pak ndogter nyinggung-nyinggung PRAMEXS nich,....xixixi

    PRAMEXS lah yang membawa saya nekad menemui calon mertua,.....Sepanjang Jalan kenangan....xixixi

    Hidup PRAMEXS.......hahaha

    BalasHapus
  8. kangeeeeeeeeeeeeennnnnnnn

    BalasHapus
  9. jangan ungkit2 kalau sdh "ontang-anting" Srex.... bikin ngelangut dan ngeres ki ....asem ik ....kita berdua sdh yatim piatu ...hiks!

    BalasHapus
  10. mudah2an aja tuh anak gak trauma ya om. mungkin baru pertama kali liat penampakan. xixixi..

    terakhir kali naik kereta api 11 taun lalu, jadi anak ilang di stasiun untung ana gak ketemu om srex. huehe.. kaburr..!!

    BalasHapus
  11. hmmm..gemeretak "roda"kereta dengan rel,ada sensasi tersendiri..apalagi ketika sang kekasih melambai tangan di sisi kereta..arrghhhhh..
    PS:komendan jangan ambil alih kemudi deh,nanti nyalip kereta di depannya,hancur minahhh,emang kereta pernah salip salipan xixixi

    BalasHapus
  12. @bongjun: hoho...nyonya asli solo ya...kapan main ke solo bong? Kita kopdar deh.,

    @mb niet: sama mbak.,kangen juga nih, gmn skripsinya lancar kan? Salam buat adit n papa nya ya mbak...tx

    @Topbontot: iya ya...kita sama2 yatim-piatu...untung dah ada 'korea2' pengganti ...hehehe

    @melyn: ya itu tadi, anak kurang gaul...mungkin kalo itu melyn bakal beda, tambah centil n narsis...xixixi
    Eh, ntar kalo dah kuliah di jogya Oom ajakin naek pramex, trs pelesir.,gak usah bingung soal makan, om jamin kamu kenyang deh.,gak usah bilang2 paman Yahsu ya...bahaya! Bisa ngamuk dia...hahaha

    @mrPsy: betul mas, sense yg selalu muncul...munculnya kenangan2 masa lalu...
    Btw, kalo aku yg nyetir itu KA...bakalan cepat sampe .,sampe Rumah sakit...hehe

    BalasHapus
  13. ahhh Turkey tuh dimana? jauh sekali heheh.Arab Saudi kalau untuk KA dekatnya ama Yamen,Jordan, UAE,Iraq/Kuwait.
    Maksud saya tuh di Indonesia dok.
    Btw suara bisingnya itu kedengaran sampai di dalam nggak?
    And thanks nasehatnya.

    BalasHapus
  14. Sang p0nakan: yahsu, ane mau diajak om srex naik pramex.

    Sang paman: berhati hatilah, nak! Itu g0lok jangan lupa dibawa. Kalo ada apa2 disambit aja.

    xixixi..

    BalasHapus
  15. @Aisha: Kereta Api (penumpang)di Indonesia di bagi dalam 3 golongan ;
    1.kelas eksekutif / VIP ( argobromo,argowilis, taksaka,dll)
    2. kelas bisnis
    3. kelas ekonomi.
    Bila kita menaiki kelas eksekutif, pelayanannya seperti di pesawat, juga fasilitasnya, kereta akan melaju tanpa henti, hanya distasiun besar saja untuk menurunkan penumpang, jarak Semarang-Jakarta dapat ditempuh dalam waktu 5-6 jam (+/- 550km), kereta nyaman dan kedap suara.
    Tetapi bila kita menaiki kelas ekonomi...hahaha...jangan ditanya deh....sudah lama, sumpek, bising, bau pesing, manusia penuh, ada yang gelar tikar/koran buat tidur, bahkan WC yang sudah jorok pun kadang berisi penumpang, merokok merupakan hal yang tidak dilarang di KA ini, jarak Semarang-Jakarta rata2 di tempuh >12 jam, pokoknya penuh dengan penderitaan deh...tidak manusiawi...tapi mau bagaimana lagi, tidak semua orang Indonesia mampu membeli tiket eksekutif yang hampir menyamai tiket pesawat (400-500rb semarang-jakarta).
    ===================================
    @ Mel: pokok nya kalau kamu sudah kuliah di Jogya, pamanmu pasti lebih mantabz kalau kamu dekat dg Oom...atau dg Oom bontot, karena kita2 nggak pernah kok berniat jahat, lagian kita sudah lama biasa main pisau, kalau Yahsu bawain kamu golok...wah! kami senang sekali...ntar kami tukar dengan sabit atau cangkul produksi lokal...kalau kurang kita tambah dengan "plintheng" deh...tau nggak apa itu plintheng....? hehehe...buat pe-er ya....Melyn yang manis yang centil....

    BalasHapus
  16. asyyiknya naik kereta, jadi teringat kenangan masa kecil waktu naik kereta jakarta-surabaya, dilanjut naik bus trus busnya masuk kapal ferry ke pulau penghasil garam....ahhh kapan ya aku bisa kesana lagi....

    btw ternyata om srex udah aktif lagi ngeblog yaa...kemana aja selama hiatus? urusannya udah beres kann...

    BalasHapus
  17. hmmm naik kereta, kalau dapet tempat duduk enak bisa menikmati perjalanan, tapi kalau modal gelar koran asli pegel2(hueheee pengalaman pribadi kl pulang kampung)

    salam kenal

    BalasHapus
  18. suatu saat kita pasti akan dipertemukan dengan mereka pak, namun entah apa mereka amsih mengenali kita.

    solo-jogja.. jangan diinget lagi pernah jatuh disana naik motor bututku.. hehhee

    BalasHapus
  19. @mb Nia: ke madura ya? Bentar lagi kalo jembatan 'suramadu' diresmikan, gak perlu naik ferry lg, kayaknya jd jembatan yg terpanjang di asean, mungkin jg termasuk asia mbak..tx

    @iniaku: gelar koran di KA prameks kayaknya biasa lah itu.,lg an orang solo dah biasa duduk lesehan..tx ya..lam knal jg..

    @masicang: hohoho..,dari jawa to mas? Sebelah mana?

    BalasHapus
  20. ibu malang bapak jogja saya pak. jadi rute dari timur ke tengah saya udah apal...

    BalasHapus
  21. kalau solo-jogja silo masih asik2 wae, tp kl jkt-smrg oughhhffzzzz

    hueheeee

    BalasHapus
  22. plintheng=ketapel.

    ghaghag..
    untung ada mbah google.

    uda bapak2 maennya masi plintheng. xixixi..

    BalasHapus
  23. Owh,suara bisingnya nggak kedengaran ya kalau di kelas eksekutif.owh,I see kan emang tertutup rapi kamar-kamarnya itu kelihatannya.Karena saya belum pernah naik KA,jadi nggak tahu hihi.saya pikir bisingnya itu nyampai ke keseluruhan.Karena saya lihatnya hanya dari luar heheh.Thanks.Kapan-kapan mau nyoba:).

    BalasHapus