Menjadi orang “yang kuat” ternyata tidak mudah….Tidak semudah mengutarakannya. Sejak aku masih kanak2, kedua orang tuaku (Alm),acap kali memberi nasehat, petuah, bahkan hukuman yang semua akhirnya kusadari bertujuan baik, yaitu mendidik anak agar menjadi anak yang kuat, anak yang “tahan banting”, anak yang memiliki kekuatan fisik dan bathin agar kelak mampu mandiri dan menjadi orang orang yang berhasil dalam hidup dan pada akhirnya akan memberikan kebanggaan bagi keluarga.
Ku anggap didikan ke dua orang tuaku cukup berhasil, dalam arti kata anaknya hampir selalu mampu menyelesaikan persoalan2 yang menyangkut masalah pergaulan, pendidikan bahkan rumah tangga. Boleh di bilang aku jarang mengeluh tentang kesulitan2 yang kuhadapi, seberat apapun……Aku memang cenderung untuk berusaha mengolah otak, mengatur strategi untuk menyiasati semua persoalan yang muncul, kadang memang tidak harus dihadapi secara frontal, tapi kita perlu juga melalui jalan yang berbelit-belit. Untuk itu kemampuan diplomasi memang diperlukan. “Psy war” sudah merupakan hal yang biasa kulakukan sejak dulu…, entah terkait kompetisi dalam ranah pendidikan, pekerjaan maupun didalam menghadapi persaingan2 yang tak sehat di organisasi profesiku…banyak cara yang mereka lakukan untuk “menjatuhkan” diriku, bahkan kalau perlu dengan menggunakan cara2 mistik, yang notabene sulit diterima akal sehat tetapi kenyataannya memang ada dan tetap eksis di kehidupan masyarakat kita. Toh akhirnya semua bisa kuatasi dengan caraku sendiri.
Belahan jiwaku merupakan orang yang paling tahu manakala aku sedang menghadapi suatu masalah…walau aku selalu berusaha menyembunyikannya serapat-rapatnya. Bukan soal tingkah lakuku yang mendadak berubah…bukan…aku cukup punya kemampuan acting untuk mengelabui orang2 tentang suasana hatiku…Tetapi sepertinya istriku memiliki intuisi atau apalah yang membuat dia selalu tahu. Memang tidak spesifik banget sih…dan saat yang paling mengerikan dan membuat jantungku berdebar-debar nggak karuan adalah saat anak2 sudah tidur malam dan dia mendekatiku, mengelus kepalaku dan berkata….” Ada masalah apa Pa….?”. Lemas sudah…..hancur nyaliku….kekuatanku mendadak sirna…aku hanya bisa terpekur…persis saat aku kecil manakala di ‘sidang” oleh kedua orang tuaku dulu….dan….mengalirlah semua problem yang kuhadapi….mendadak gambaran kedua orang tuaku muncul di hadapanku…di wajah istriku….Setelah selesai berkata-kata…takkan ada debat atau nasehat…hanya “perintah komando” untuk segera tidur. Solusi akan diberikan keesokan harinya…..
“Teklek kecemplung Kalen…tinimbang golek…along balen…” (Alas kaki kecemplung parit…daripada nyari…lebih baik kembali…).
Itu solusi yang diberikannya belum lama ini. Pepatah Jawa Jadul….penuh makna tersirat….dan kepalaku masih puyeng…mencerna maknanya.
Trims kawan2ku…maaf kalau kemarin aku lama menghilang…kenapa…?. Jawabannya ada di atas….hehe…
HOÀN THÀNH - [PC] Devotion - Thành Tâm
9 jam yang lalu