Tak terasa waktu bergulir terus, diusiaku yang mencapai kepala empat ini, haruskah aku menyesalinya atau mensyukurinya?
Tahun demi tahun telah kulewati, dan melihat 'progress' yang terjadi memang selalu menuju ke keadaan yang selalu membaik. Anak anak makin besar, sudah bukan perkara mainan atau susu yang menjadi masalah mereka, tetapi beralih ke masalah2 pergaulan, masalah2 di sekolahan. Demikian juga aku dan istriku, bukan lagi memikirkan hal2 seperti 5 tahun pertama perkawinan kami, dimana saat itu mobil mewah dan rumah bagus merupakan impian, atau bermewah-mewah di hotel bintang 5 atau plesir ke tempat2 exotic merupakan impian....
Saat ini sudah bukan itu lagi yang merupakan angan2, tetapi justru dengan melihat anak2 yang mulai beranjak dewasa, terbersit rasa kawatir seandainya mereka tak mampu mencapai kehidupan layak dikemudian hari.
Aku menganggap bahwa semua yang telah kami raih, yang telah kami perjuangkan selama 16 tahun perkawinan adalah milik anak-anak. Dan kami tidak berhak untuk menggunakan atau memperlakukannya dengan seenaknya.
Hampir 24 tahun dari umurku kuhabiskan untuk sekolah, begitu juga istriku....pencapaian tersebut tidaklah mudah, mengingat semua kami lakukan secara mandiri, dan justru itu semakin menyadarkan aku, bahwa inilah karunia terbesar dari Tuhan YME kepada keluargaku. Aku hanya berharap semoga saja karya kami dalam menjalankan profesi dapat menggugah semangat anak-anak untuk tetap ulet belajar, pantang menyerah, dan yang penting lagi tidak boleh sombong/takabur. Semua adalah milikNya, dan sewaktu-waktu akan kembali padaNya....
Saat ini lembaran baru telah terhampar dihadapanku...menanti....semoga lukisan yang indah yang terbentuk diakhirannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
dulu almarhum kakek anak-anak mungkin juga berpikiran sama,...alhamulillah anaknya jadi "orang".
BalasHapusorang bijak bilang setiap anak mempunyai "destiny" nya sendiri. Masalahnya saya bukan orang bijak renungan ndanleosrex ini juga menjadi renungan saya,....juga kegelisahan saya,...
kita hanya berusaha,...Top of The Top lah yang menentukan.
merenung,di kesunyian lebih khusyuk,Mas,atau sambil mendengar deburan ombak.. Semoga anak2 dapat menjadi insan cerdas seperti orangtuanya,bahkan lebih..
BalasHapussaya mulai merasakan kegamangan yg serupa,paling tidak saat aku tulis "kegagalan bukanlah bencana" http://spjati.blogspot.com/2009/07/kegagalan-bukanlah-bencana.html
BalasHapussebuah tamparan yg ckp telak buat saya.. tapi setidaknya kita tetep perlu optimis..sunatullah/hukum alam pasti terjadi, dari raw material yg biasa jk diproses dg cara yg luar biasa akah melahirkan insan yg jg luar biasa.. apalagi "raw material"mu trmsk sdh luar biasa ..tinggal dipoles dg doa & difasiltiasi dg wajar saja ..insya Allah akan bisa melahirkan generasi penerus yg tdk akan mengecewakan ortu, masyarakat,bangsa dan agamanya..amiin memang yg kadang kita lupa adalah melambarinya dg laku prihatin & perisai doa .. good luck ..kita toh msh bisa saling mengingatkan dan menguatkan
@Bong: iya...semua tidak lepas dari takdir, dan kita tak akan pernah tahu takdir anak2 kita kelak ya bong....semoga aja ya Top of the Top menganugerahi takdir yang baik untuk anak2 kita...tx
BalasHapus@MrPsy: malam ini aku ada di Kopeng, alone....
Disaat-saat seperti inilah aku biasa merenung, melakukan olah bathin, introspeksi terhadap apa2 yg sudah dan belum terjadi mas....aku suka laut.,tapi dari sini laut terdekat masih 70 km, jadi cukup ditemani bintang2 dan gunung2 aja....soal anak merupakan hal yg paling menyedot pikiranku saat ini..,trims ya.,
@Top : iya, aku ingat postingmu dulu....aku percaya akan Sunatullah/hk alam, memang tahapan proses merupakan saat2 yg sedan berjalan kini, kita sama2 nggak muda lagi, generasi penerus sedang kita siapkan...usaha dan doa untuk mohon perlindungan dan keselamatan agar proses tsb berjalan lancar tidak boleh kita abaikan...yah...jadi orang tua ternyata tidak mudah ya Top....salut buat orang tua dan guru2 kita...tengkyu sobat hebat.
sama om, sayah juga mikir, ntar anak2 sayah kelak bisa menikmati kehidupan sayah seperti sekarang ga ya? :)
BalasHapusselalu Berusaha dan Do'a, pada Akhirnya Tuhan yang menentukan.
BalasHapussebuah renungan: kita bisa menjadi seperti sekarang ini mungkin juga tak luput dari Berkah Do'a - Do'a orang tua kita, merekalah yang setiap hari setiap malam selalu memikirkan masa depan anak turunnya, persis seperti yang sedang Om lakukan sekarang...
selamat berjuang Om !
@mb Q; semoga saja sist.,yg penting sekarang program maried mu dulu...jangka pendek loh..,jangan kelamaan kita2 nunggunya....hehehe, tx u
BalasHapus@H.Fer: iya pak Haji...doa orang tua kita...kebetulan sekarang bulan puasa, bentar lagi Idul Fitri, saat yang baik untuk mengucap terimakasih dan Syukur kepada Nya, dan orang tua kita, kita beri contoh anak2 kita...m.suwun..
hidup terlalu indah untuk disesali.. jadi, bersyukur adalah pilihannya...
BalasHapussudah kepala 4 ya um dokter? duh.. tapi kok keliatannya masih kepala 2 aja.. heuheuheu...
@mb Niet: hehe, iya kepala empat nih..., dah tua ya....
BalasHapusBtw, memang hidup itu karunia yg patut disyukuri, apapun yg kita alami..,tengkyu mbak...
jalan terbaik untuk anak2 adalah dengan membimbingnya pantau sebaik mungkin dan berikan minatnya akan hobi yang di sukai nya
BalasHapuspokoknya tetaplah bersyukur
Mas Srex benar ya, saya dan suami sekarang juga masih memikirkan impian rumah dan mobil mewah.
BalasHapusTp saya skrg jg sdh mulai cemas memikirkan nanti anak klo sudah besar bagaimana dan bagaimana.... Memang punya anak itu hrs disyukuri dan juga dijaga bener2.... even pusing juga hehe...
@netmild; setuju dah...memang itu kuncinya.,btw tx n salam kenal ya...blog mu banyak tips2 yg berguna.
BalasHapus@mb.Zee; yah...kegelisahan orang tua ya mbak, zaman semakin sulit, kesempatan dan kemampuan harus benar2 sinergis...dan...semua adalah siklus hidup dalam berumah tangga.,berulang dan berulang lagi, walau dg beragam situasi n kondisi, tx yaa...
Renungan yang bijak sebagai orang tua, berbuat segala sesuatu demi anak2nya, Jika saya kelak jadi orang tua dan memiliki anak mungkin berpikir seperti ini. apalagi yang dicari selain demi kebahagian anak-anak dan keluarga. Sebuah Keluarga yang bahagia di dunia dan akherat. Amin.
BalasHapusMaz....akuh blom punya anak, jd gak bs kasi komentar, lg.an akuh lagih banyak pesenan kuweh2, nanti akuh kirim tempatmu maz...tapih jangan galax klo sm akuh yaaa......xixixi....aww
BalasHapus@planet jingga: yah.,'sawang sinawang' mas....tapi mmg ada baiknya kita saling share n belajar dari pengalaman orang lain...untuk memperluas pengalaman, tx ya
BalasHapus@sweety: hehehe...ok,aku tunggu kiriman kue nya....aku suka yg keju....tak tunggu yaa.,trims
iya nih my jg jadi termotivasi utk lebih giat lg di kuliah n b'usaha utk bsa lnjutin sekolah wlwpun udah berkeluarga nanti..ya istilah'y long life learning lah biar bisa memotivasi anak2ku jg kelak he....duh jadi mengkhayal berumah tangga nih xixixi...mdh2n c bsa jd cntoh ibu yg baik...amin...
BalasHapus@my mai: betul banget, 'long life learning'...dan satu lagi pelajaran tentang kehidupan, rumah tangga,sosial.,tdk hanya secara formal, tapi justru dg langsung nyemplung dan menggelutinya.
BalasHapusEh, gmn udah 'marem' ttg definisi cinta sejati nya mai?
kalau bicara syukur, banyak sekali yang harus aku syukuri mas, terlalu banyak. Sekarang aku lagi getol getolnya belajar ikhlas pasarah. Bener kata sampeyan, semua adalah milik yg di atas, sewaktu waktu akan kembali juga kepadaNya. postingannya menyejukkan mas, thx.
BalasHapus@mb Elly: iya mbak....selamat memperdalam ilmu ikhlas dan pasrah yaa...nggak gampang lho mbak.
BalasHapusayah yang baik...
BalasHapus@ernut: i hope so...hehehe
BalasHapus