Perlahan ku belokkan arah mobil menuju pintu gerbang itu, keramaian mengelilingi kami berdua, becak mangkal, bus kota dan angkutan kota yang ngetem seenaknya, ojek mencegat penumpang dan bakul makanan yang menggelar dagangan diemperan jalan. Selayang ku pandang tulisan di atas gerbang itu, “setasiun Solo Balapan”. Hmm…..stasiun KA di kota Solo. Ini adalah hari ke dua dan terakhir mengikuti acara di Jogyakarta. Kemarin aku bolak-balik dengan menyetir mobil sendiri. Jarak 70 km sekali jalan harus kutempuh 2 jam. Begitu padat lalu lintas, campur aduk antara sepeda motor hingga truk trailer raksasa, belum lagi orang nyebrang jalan seenaknya serta lampu trafik yang menyebalkan. Pegal rasanya betis ini, kuputuskan untuk menumpang KA Prameks (Prambanan ekspres) yang melayani jalur pendek Solo-Jogyakarta.
Setelah ku parkir mobil, ku bilang “ Nanti ku kabari kalau sudah mau sampai Solo, jemput aku di depan pintu gerbang saja ya Ma..”, isteriku mengiyakan dan balas ucap ; “ Ok Pa…
tace care yoo….”. Setelah istri keluar dari halaman setasiun, aku menuju loket karcis, kubayar 1 lembar, 7 ribu perak, kereta masih 15 menit lagi berangkat., jam 6.30.
Sambil menunggu, kuletakkan pantatku di bangku panjang di dekat pos Satpam. Kunyalakan sebatang LA menthol light…..mmm…sedaap…..peduli setan belang dengan larangan merokok, ini stasiun terbuka bung….
tak berapa lama,ku lihat di depanku seorang ibu muda berusaha menenangkan anaknya yang tampak gelisah sambil menunjuk-nunjuk aku…si ibu juga kelihatan sungkan dan agak ngeri kayaknya….ada apa sih…oh iya mungkin karena wajahku yang tampak aneh di banding penumpang2 lain? Kuperhatikan sekelilingku, orang2 yang menunggu, hmm..memang beda…raut wajahku berbeda dengan orang Solo kebanyakan. Ku raba bulu2 cambang dan jenggotku…dah 7 hari belum sempat bercukur, keliatan brewoknya, ditambah alis tebal, kumis kasar, rambut pendek 2 cm, serta kaca mata RayBan kesayanganku…pantas aja anak itu gelisah…hehehe….
Sebentar kemudian KA memasuki stasiun, bersama-sama penumpang lainnya kami mencari tempat duduk. Kursinya memanjang berhadap-hadapan, lumayan bersih, karena jarak pendek yang pasti nggak ada toilet, maka bebas dari bau pesing yang kerap menjadi aroma terapi di KA Indonesia, tidak terkecuali kereta kelas Argobromo sekalipun yang eksekutif. 10 menit kemudian kereta berjalan, pelan2 mengembangkan kecepatannya. Jalur Solo – Jogya sudah
double track, sehingga tidak perlu berhenti di stasiun kecil bila
crash dengan kereta lainnya, makin lama makin cepat…buset…masinisnya jago juga, kuperkirakan ini kereta lari sedikit di atas 100km/jam…pengin rasanya aku yang mengendalikannya…naluri
need for speed ku bangkit lagi.
Sambil menikmati perjalanan singkat ini, pikiranku menerawang jauh melampaui kecepatan kereta ini…sampai ke masa-masa silam saat aku masih sekolah dulu. Perjalan kereta selalu menimbulkan sensasi tersendiri, ada rasa yang aneh selalu mengingatkan dengan peristiwa yang menyenangkan, menimbulkan
mood yang baik. Ku rasa pengalamanku saat masih balita, begitu senangnya pertama kali di ajak naik KA oleh kedua orang tuaku ke Jakarta masih membekas, suatu kebahagiaan terpendam, rasa nyaman dan rindu akan belaian kasih sayang kedua orang tuaku…ahh…sudahlah…mereka sudah meninggal dunia semuanya. Kembali aku merenung…ternyata seusia aku saat inipun rasa rindu akan kehadiran orang tua selalu muncul, rasa takut, rasa cemas, gembira, saat berada didekat mereka merupakan kenangan yang tak terlupakan…seperti halnya anak kecil tadi yang takut melihat penampakanku…begitu dia mencari perlindungan pada ibunya…mungkin juga hal ini akan membekas di benak anak kecil itu kelak.
Kusapukan pandanganku kesekeliling gerbong, ada sepasang ABG, mungkin seumur anakku yang di SMA, yang perempuan duduk asyik mengangkat ke dua kakinya ke atas kursi dan si cowok dengan santainya mengambil foto2 si cewek dengan kamera ponsel, penumpang lain hanya tersenyum dan yang lainnya pura-pura tidak melihat…aku jadi ingat lagi masa-masa sekolah SMA… seperti itulah aku dulu, hidup begitu indah, pergaulan yang menyenangkan dan perjalanan yang menggairahkan….
Di sudut seberang dekat pintu antar gerbong kulihat seorang laki-laki tua, mungkin sekitar 70 tahun,berkaca mata tebal, bingkai tanduk, memakai Jas hitam lusuh tanpa dasi dengan celana abu2, serta sandal selop…asyik memperhatikan pemandangan di luar kereta….sambil sesekali memperhatikan penumpang2 lainnya. Mungkin dia juga mempunyai pikiran yang sama dengan aku….betapa panjang perjalanan hidup kakek itu..., lebih banyak lagi kenangan2 yang terlintas di benaknya, aku masih belum apa2 dibanding dia. Kakek tua itu sudah begitu sarat dengan pengalaman hidup, berapa generasi sudah dia lewati mulai dari zaman penjajahan Belanda, Jepang, Kemerdekaan, Orla, Orba, Reformasi, dan yang sekarang ini Pasca reformasi. Di balik Jas nya yang lusuh, sang kakek itu tetap yakin jas adalah jas, selusuh apapun jas yang dia pakai akan tetap lebih sopan dari pada kaus yang berharga ratusan ribu. Semiskin apapun dia, dengan menggunakan jas nya itu dia tetap merasa sebagai orang yang lebih ber kelas. Aku menghela nafas….Hhhh…Memang benar, cara kita berpakaian justru menunjukkan penghormatan kepada diri sendiri , kadang lebih dari penghargaan kepada orang lain. Aku sering melihat memang di desa-desa tempatku tinggal, saat maghrib, para pemuda, bapak-bapak dan kakek2 berjalan menuju masjid dengan mengenakan sarung dan memakai jas, dengan wajah yang cerah mereka memenuhi panggilan shalat…menyenangkan melihat mereka yang sehari-hari bermandi keringat dengan baju lusuh menggarap ladangnya, tampil bersih menghadapNya.
Sebentar kemudian kereta memasuki stasiun KA Tugu-Jogyakarta…perjalanan singkat 1 jam. Aku melangkah keluar dari stasiun dan menaiki becak yang ku minta mengantar ke tujuan, semilir angin dan deru knalpot kendaraan bermotor tidak mempengaruhi pikiranku yang masih terpaku ke sensasi di kereta tadi.
Kadang orang memang perlu untuk
recollect juga…butuh suasana tertentu yang dapat menghantarkan kita pada perenungan perjalanan hidup, melatih kepekaan rasa kita, memperkaya bathin kita akan kemanusiaan, mulai dari diri kita, hidup kita dan juga orang2 dari masa lalu kita. Yang mungkin telah tiada, maupun yang hilang di telan waktu dan kita tidak tahu apakah akan bertemu dengan mereka-mereka suatu saat….ya…suatu saat nanti...ntah kapan................
*buat; more than chocolate.