Pengantar : Mohon maaf kalo saya menghilang selama 10 hari, karena saya baru saja sembuh dari sakit dan masih ditambah mengurusi rumah yang di Kopeng, yang terkena imbas dari letusan G.Merapi. Untunglah situasi sudah mulai memaik dan semoga Bencana Merapi segera berakhir...sehingga saya bisa nge-blog lagi dengan leluasa. Artikel kali ini giliran kisah2 Pak Asyangar yang muncul...dengan "style" seperti biasanya. Buat yang sudah pernah membaca serial kisah ini sebelumnya pasti sudah mengerti bagaimana "kisah" nya...untuk yang baru pertama kali membacanya, dimohon permaklumannya, karena ini hanya cerita fiksi yang memang ditujukan bagi pembaca berusia >17+...hehe...Begini kisahnya :Bu Asyangar menumpukkan piring, gelas dan mangkuk kotor di bak cuci piring, kemudian diteruskan dengan memasukkan lauk dan sayur kedalam almari es. …Hhmm…rutinitas yang selalu dilakukannya manakala mereka selesai makan malam, sebagai istri senior, Bu Asyangar kebagian jatah yang lebih ringan, sementara
mbak Ranee (R) menerima dengan suka cita pembagian tugas mencuci peralatan makan.. termasuk mencuci pakaian. Bagi mbak Ranee tugas2 seperti itu bukalah merupakan hal yang berat, tapi justru menyenangkan…,sebagai istri ke dua, "
bermain air ” justru merupakan kegemarannya….hehe….
Setelah beres cucian, mbak Ranee menyeduh ramuan kopi andalannya, kopi starbak ala Ranee. Dibuatnya dua mug kopi, kalo Bu Asyangar lebih suka teh krisant hangat dikasih jeruk nipis dikit.
Sambil melanggak lenggok sexy, tampak goyangan pantat mbak Ranee yang berbalut celana pendek jeans kiwir kiwir. Diletakkannya nampan dengan tiga mug minuman ke atas meja sofa di ruang tengah, didepan
Pak Asyangar (PA) yang lagi menyaksikan tayangan berita Merapi di televisi. Mbak Ranee kemudian bergelayut mesra di sebelah kiri Pak Asyangar, sambil menyandarkan pipinya di pundak Pak Asyangar. Sementara itu , Bu Asyangar lagi menyibukkan diri di depan mesin jahit, menyelesaikan tambal sulamnya.
Beberapa saat kemudian terjadi dialog, begini….
Mbak Ranee (R) : “
Mas…mbah Rono itu siapa sih..? kok sering banget diberitakan TV…” tanya mbak Ranee. Pak Asyangar memandang sendu wajah ayu mbak Ranee….sambil berkata dalam hati, ”
…ni perempuan bego amat sih…? Anak kecil aja tahu siapa mbah Rono….parah…!”, tapi ucapan yang keluar dari mulutnya berbeda…”
Dik…itu Doktor Surono, ilmuwan Gunung Berapi Indonesia, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Dia orang yang sukses menentukan kapan Merapi mau meletus dan kapan masyarakat kudu ngungsi…mbah Rono berhasil menyelamatkan ribuan nyawa penduduk sekitar Merapi….hebat yaa…?”.
Mbak Ranee (R) : “
Oo..gitu…wah…hebat ya orang nya mas….padahal wajahnya nggak ganteng….xixixi…”. tawa genit mbak R
PA : “
Lhoo…yang penting kan otaknya dik…Mbah Rono, orang yang sangat cerdas, dia Doktor, S3 Geophysics, Savoei University, Chambery, Perancis.
, lulusan S2 Universite Joseph Furier, Gronable, Perancis, Programe Mechanique Mileux Geophysique et Enveronment , dan S1 nya dari Institut Teknologi Bandung, Jurusan Fisika..Nggak ecek-ecek kan ilmunya..hehe….”. kekeh PA…bangga.
R : “
Iya ya Mas…eh, mbah Rono aslinya dari mana sih…?”. Mbak R makin penasaran.
PA: “
Beliau asli kelahiran Cilacap, Jawa Tengah, 8 Juli 1955….dekat dengan tempatku lahir dik….hehe….Pasti dulu waktu masih sekolah SD sampe SMA beliau pintar sekali…makanya bisa masuk ITB dan nerusin pendidikan di Luar Negeri”.
R : “
Ooo….orang Cilacap….? Waduh…deket Pantai Selatan ya mas…dekat sama kerajaannya Nyai Roro Kidul….Hiiii..aku takyuuut……”. mbak Ranee makin merapat ke tubuh Pak Asyangar.
PA : “
Hahaha..nggak usah takut dik…Mbah Rono itu seorang ilmuwan…orang yang memakai otak dan pemikirannya berdasarkan logika dan ilmu pengetahuan…jadi nggak perlu takut lah….dia nggak akan bicara hanya berdasarkan asumsi atau dogma atau kepercayaan, takhyul atau mistik yang justru sering menyesatkan umat manusia….” Kata PA dengan nada lambat dan sedikit bergetar.
R : “
Berarti..mbah Rono bisa jadi kuncen Merapi ya Mas….?”
PA : “
Hmm…Beliau nggak akan mau dik…karena beliau adalah abdi masyarakat yang bekerja pada Pemerintah RI, Jabatannya diperoleh berdasarkan Kapabilitas dan perjuangan menuntut ilmu serta pengabdiannya sebagai ilmuwan Gunung Api selama puluhan tahun…bukan merupakan suatu jabatan dan gelar “ tiban”…yang sekonyong-konyong dengan gampangnya di berikan oleh “penguasa” kepada “seseorang” yang tak jelas juntrungannya….”. Kalimat ini diucapkan PA dengan nada takzim….
R : “
Mas….maass….aku suka dengar suara Mamas….sexy deh…Mas mau jadi penjaga Gunung api..? aku punya Gunung api kembar loh Mas…xixixi….”. tawa nakal mbak R sambil membusungkan dadanya yang montok.
PA : “
Woww….statusnya apa dik…gunung api kembar mu…?.?”
R : “
Statusnya siaga…mas…..siaga menghadapi kuncen nya…xixixi….” mbak Ranee sambil meletakkan sebelah pahanya keatas paha PA.
PA : “
Gunungnya tinggi nggak dik…? “ tanya PA pura-pura memasang wajah blo’on.
R : “
Ahh enggak…biasa aja mas…nggak begitu tinggi….cuma agak lancip pucuknya…tapi hutan dan semak belukar dibawahnya lebat loh mas…., enggak gundul…Auuwww….”. jerit lirih mbak R sambil memelorotkan retsleting celana pendeknya...hehe.
PA: “
Iya deeh…yoookk....biar ku explore dulu itu gunung kembar dan hutan - semak belukar nya, ..penuh abu nggak...sip…siiiipp…hehe.”…kumis PA berkibar-kibar….