Dalam suatu acara resepsi pernikahan salah seorang teman sejawat, aku sekeluarga menyempatkan diri untuk menghadirinya, kebetulan kami memang mempunyai hubungan kerja yang termasuk dekat. Apalagi resepsi tersebut terbilang besar-besaran mengingat bahwa mereka akan menikahkan anak perempuan semata wayang. Jadi bisa dibilang ini adalah pesta mantu yang pertama dan terakhir bagi keluarga teman sejawat kami itu. Resepsi diadakan di Hall salah satu Hotel bintang lima di kota Solo. Kebetulan hari Minggu, jadi sekalian anak2ku ku bawa semua, biasanya si untuk mengadiri acara2 seperti ini cukup aku dan istriku berdua.
Diluar perkiraanku, salah satu dari tamu resepsi adalah temanku semasa SMA di kota Purwokerto, wah….benar2 kejutan, karena kami sudah 23 tahun tidak pernah bertemu sejak lulus SMA dan masing2 meneruskan kuliah. Temanku tersebut, sebut saja namanya “Tony” (kusamarkan namanya)dulu kuliah di Fisipol jurusan Hubungan Internasional disuatu PTN Favorit. Setelah lulus dia mendaftar kerja di DepDagri Pusat dan di terima sebagai PNS. Sekarang dia sudah menduduki jabatan lumayan bagus untuk seusianya, eselon dua. Kariernya tebilang cepat, dia sudah mengambil S2 di salah satu Universitas ternama di Negara Inggris, beberapa kursus politik juga di ikutinya di beberapa negara lainnya. Ternyata si Tony ini masih keluarga dekat dari pihak besan mempelai perempuan.
Sebelum kami berpisah dan undur dari acara resepsi, kami berencana untuk menghabiskan malam ini berdua sebelum besok pagi dia take off ke Jakarta. Kebetulan si Tony juga menginap di hotel yang sama dengan acara resepsi diadakan. Kami janjian akan bertemu di café hotel pukul 8 malam.
Tepat pukul 8 malam aku sudahtiba di cafe hotel dan si Tony menyambutku, kami sama-sama berbaju batik, entah mengapa rasanya luwes aja dalam situasi yang setengah formil, tadinya aku mau memakai kaus kerah biasa tetapi mengingat tempatnya yang agak ”borju” maka ku urungkan niatku itu dan kebetulan kami berpikiran yang sama kayaknya...hehehe.
Tanpa basa-basi kami berdua otomatis bercakap-cakap dalam bahasa Jawa –Banyumasan, dengan logat ”ngapak-ngapaknya”, entah mengapa logat tersebut otomatis keluar dengan lacar begitu kami bertemu dengan orang2 yang berasal dari daerah yang sama, segala celetukan kasar dan ceplas-ceplos ala Banyumasan keluar dengan lancarnya. Kebetulan iringan life musik melantunkan lagu2 dengan irama jazz dengan beatnya yang menambah hangat suasana, mulai dari lagu2nya Shakatak, Chic Korea, Salena jones, Michael Frank sampai George Benson mengalun merdu, betul2 band dan penyanyi yang begitu populer di jaman ku SMA dulu. Sambil mengenang masa lalu, saat kami masih duduk di bangku SMA, sama2 masih lajang. Obrolan kami semakin memanas tak kala topik beralih tentang teman2 cewek SMA kami. Nasib mereka bermacam-macam, kebetulan si Tony ini mempunyai data lengkap tentang teman2 kami dulu, terutama yang cewek. Mereka mayoritas bernasib baik, berpendidikan tinggi, bahkan ada yang sudah menyelesaikan study S3-nya sebagai dosen , ada yang bekerja sebagai tenaga ahli di NASA, ada yang bersuami hebat, keluarga yang bahagia, kaya raya, ada juga yang biasa-biasa aja, tetapi ada juga yang bernasib sial bolak-balik kawin cerai atau malah ada yang belum nikah sampe saat ini, ada juga yang udah nikah tetapi belum di karuniai anak. Nah….temanku bilang, kalau teman2 cewek yang rumah tangganya bahagia/rukun itu karena para istri bisa menjaga kedaulatan suami2 mereka. Mulanya aku agak bingung dengan istilah ”kedaulatan” suami.....kemudian si Tony menjelaskannya dengan contoh ; Biarlah bila suami mereka pulang kerja terlambat bahkan sampai larut malam, atau pergi enggak tahu kemana, entah itu bisnis, atau dolan dan kencan dengan perempuan lain….itu enggak masalah….yang penting tetap pulang kerumah dan tetap sayang sama keluarga, perkara si suami bikin alasan yang aneh-aneh karena jelas-jelas bohong dan enggak masuk akal , biar saja….lebih baik bohong asal rumah tangga tenang, daripada jujur tetapi berantem terus malah menyakitkan…..!...Pokoknya jangan sampai kawin lagi..selingkuh nggak apa-apa.... Toh si istri juga nggak lihat dengan mata kepala sendiri. .....Hhmmm.....mendengar opini dia tenggorokanku langsung terasa kering...kutuang lagi minuman ke gelas kami, dan si Tony kembali meneruskan omongannya......lanjutnya; Nah... buat teman cewek yang rumah tangganya ribut melulu, katanya karena para isteri terlalu saklek/kaku/keras terhadap suami, dan terlalu banyak tuntutan terhadap suami, untuk selalu jujur. Bahkan seandainya si suami punya selingkuhanpun dia tetap minta si suami untuk mengaku dan dia akan marah besar kalau suaminya berbohong. Karena dia tidak mau ada wanita kedua dan seterusnya...lebih baik cerai daripada di madu atau di poligami. Dengan kata lain si isteri lebih memilih kejujuran yang menyakitkan daripada kebohongan yang menyenangkan/menenteramkan….!
Aku hanya bisa terpekur…kosong…syok…..Kupikir temanku mabuk, tetapi kalau lihat minuman yang kita minum, lebih banyakan aku yang meminumnya. Dan sampai saat ini bila memikirkan omongan dari temanku itu aku masih ‘puyeng’….. Apalah artinya perkawinan bila berisi kebohongan belaka ?……lalu….kalau memang mau mempertahankan keutuhan perkawinan dengan cara seperti itu……… “Adakah kebohongan dan kejujuran yang lebih tua dan lebih universal dari ini (perkawinan)?
Ahh….jangan-jangan temanku itu bohong yaa….?
Jumat, Oktober 30, 2009
Kamis, Oktober 22, 2009
Si Biyung….bedinde-ku
Dalam kehidupan sehari-hari, sering kita tidak lepas dari peran seorang “pembantu rumah tangga / PRT” atau dalam beberapa istilah di sebut sebagai “bedinde” atau “pramuwisma”. Kebanyakan memang mereka perempuan, ada yang masih berusia muda dibawah 20 tahun , ada juga yang sudah di atas 40 tahun.
Kali ini aku mau menceritakan tentang pembantuku yang sudah ikut keluarga kami sejak kelahiran anak pertamaku 15 tahun yl. Nama aslinya “jumini”, tapi kami biasa memanggilnya dengan sebutan “Biyung”…yang artinya “ibu” dalam bahasa jawa-ndeso. Dia seorang Janda yang di tinggal mati suaminya sejak 20 tahun yl, mempunyai anak laki-laki satu tetapi sudah pergi merantau (katanya) dan sampai saat ini tidak ada kabar beritanya. Saat anak pertamaku lahir dan cuti istriku habis, kami kemudian mencari pembantu untuk merawat bayi, karena saat itu tugas Puskesmas mengharuskan kami bertempat tinggal di rumah dinas Puskesmas yang kebetulan berlokasi di desa pelosok yang terletak di kaki G.Telomoyo. Berkat pertolongan dari Bu Lurah setempat kami di tawari seorang calon pembantu perempuan, sudah punya anak tapi sudah besar, suami meninggal, berusia sekitar 45 tahun, tidak ada tanggungan keluarga, biasa di panggil dengan “Biyung” Wah….cocok nih…! Kami sangat senang dan meminta supaya mbok Jumini datang dulu kerumah.
Dua hari kemudian Biyung datang….kami sangat terkejut melihat kondisinya…begitu kurus, dekil, kulit legam terbakar matahari,ber-kebaya butut dengan mulut tak henti2 nya nyusur/nginang daun sirih.
Saat kami ajak ngobrol, dia tidak mengerti bahasa Indonesia, sementara aku sendiri belum fasih berbahasa Jawa saat itu, Parahnya lagi dia tidak mengenal atau tidak mengerti tentang Listrik, maupun kompor Gas. Ternyata selama ini Biyung tinggal di gubuk beralas tanah dan berdinding anyaman bambu di desa “Gedok” yang merupakan desa yang paling terpencil, akses kerumahnya hanya bisa dengan sepeda motor, itupun denga resiko tergelincir jatuh ke Jurang dengan kedalaman puluhan meter, Tukang ojek saja menolak bila ada job ke desa itu, pilihan lain ya dg lawalata (jalan kaki). Tidak heran dia hanya mengenal lampu teplok, senthir dan obor beserta minyak “liun”….tahu nggak, setelah seminggu aku baru tahu kalau minyak liun itu adalah minyak tanah…xixixi….
Memasak dan sebangsanya menggunakan tungku di pawon, dengan bahan bakar biji/bunga pinus…Biyung memang selama ini mencari nafkah dengan mengumpulkan bunga cemara-pinus untuk dikeringkan dan di jual di pasar desa terdekat untuk ditukar dengan jagung dan ikan asin. Jagung tersebut akan di giling untuk dibuat nasi jagung. Ikan asin biasa dia beli jenis “peda”. Cara menggoreng peda juga beda, dia bungkus dahulu dengan daun Jipan/labu siam baru di goreng atau di masukkan ke dalam abu yang panas…setelah masak, daun labu tersebut di kelotok dari ikan asinnya dan dia makan sebagai lauk, sementara ikan asinnya di simpan di toples dulu, untuk dimakan menyusul kemudian, supaya hemat katanya….Mengenaskan…tetapi justru aku sampai sekarang jadi ikut menyukainya,menggoreng ikan asin peda dengan dibungkus daun labu siam dulu..hehehe…
Butuh waktu 1 bulan supaya Biyung mengerti tentang peralatan listrik beserta bahayanya, dia begitu terheran-heran dengan rice cooker yang bisa memasak nasi dengan cepat dan mudah walaupun dia tetap menganggap memasak nasi cara kuno rasa nasinya lebih sedap..hahaha…Begitu juga dengan mesin cuci, dia heran kok bisa sekaligus memeras cucian sehingga tinggal diangin-angin sudah kering…. Tetapi tetap dia kritik juga kalau nyuci dengan tangan lebih bersih….ya udah…..kami tertawa aja….begitu juga dengan kompor gas….dia begitu kagum melihat cepatnya memasak, dia bilang “kompor kok iso murup dewe…?” dia paling kagum meihat betapa cepatnya aku mendidihkan segelas air untuk membuat kopi…tapi itupun tidak luput dari kritik dia bahwa masakan dengan kompor gas kalah sedap dibanding memasak dengan tungku dan kayu bakar, katanya “ langkung eco masakan ngangge pawon”……aseemm tenaaan……mau kubantah juga percuma, wong selama ini aku juga ngak pernah punya pawon…hehehe
Begitu juga dengan “Blender”, yang menurutnya cepat buat menggiling bumbu tapi nggak bisa buat ngulek sambel terasi dan sambel kosek (cabe rawit,bawang putih dan garam doang diulek)….ya udaah…kami akui dia benar….Cuma satu alat yang dia kagumi dan tidak di kritik…yaitu setrika….karena kalau aku melihat baju yang dia kenakan selama ini banyak bolong2nya karena kena percikan api setrika arang atau mungkin kepanasan apinya..hahaha…..akhirnya dia mengakui juga kalau ada satu alat modern yang hebat menurutnya….yaitu setrika.
Biyung memiliki watak yang keras, jujur dan lugu, dia tidak segan-segan protes apabila ada sesuatu yang menurutnya tidak benar, bahkan beberapa kali dia marah sama aku manakala aku lagi memarahi anak2 karena nakal, dia benar2 sangat membela anak2...aku yang sering terkejut kalau dia mengingatkan sbb; " sing namine lare menawi nakal nggih lumrah, njenengan niku sing sepuh kedah mangertos ! (yang namanya anak, kalau nakal itu ya lumrah, anda yang sebagai orang tua harus bisa mengerti!)
Yaah....ak banyak belajar dari Biyung, walaupun dia orang tidak bersekolah, tetapi norma2 pendidikan budi pekerti dan sosial dia menjiwai benar. Pernah anakku berantem dengan anak tetangga, saat orang tua anak tersebut datang ke rumah malah si Biyung yang menghadapi sambil mmbawa arit/sabit....hehehe....lagaknya mau membersihkan rumput halaman rumah, tetapi si orang tsb tersebut ngeper, takut juga dan ngeloyor pulang tanpa pamit...hahaha.....
Saat ini Biyung sudah tidak bekeja lagi padaku, karena merasa sudah tua dan tidak kuat lagi juga enggak mau ikut kami pindah ke Solo, dia mau menghabiskan sisa hidupnya di rumah dan didesanya. Sekarang rumahnya sudah bagus, terpasang listrik PLN, memakai kompor gas, rice cooker-magic jar, blender dll…pokoknya sekarang dia memakai peralatan yang serba listrik deh, uang tabungannya selama 15 tahun bekerja masih cukup untuk membeli kambing dan ayam untuk dia pelihara sebagai hiburan dan mata pencahariannya.
Kami sekeluarga Lebaran kemarin main kerumahnya, walaupun harus berjalan kaki, naik-turun bukit selama 3 jam. Betapa senangnya Biyung menyambut kedatangan kami….dan hebatnya, dia sengaja memasak masakan khas lebaran di kampungnya seperti “ketupat, dendeng kelem, opor ayam dan sayur nangka muda” dengan menggunakan api tungku pawon…..dan….kali ini setelah 15 tahun, akhirnya aku mengakui….bahwa masakan Biyung dengan menggunakan api tungku pawon memang benar terasa lebih lebih sedap…xixixi…..
……Yung….kudoa’kan semoga sampeyan sehat-sehat saja yoo….kami serumah selalu kangen Biyung…..*hikz…
Kali ini aku mau menceritakan tentang pembantuku yang sudah ikut keluarga kami sejak kelahiran anak pertamaku 15 tahun yl. Nama aslinya “jumini”, tapi kami biasa memanggilnya dengan sebutan “Biyung”…yang artinya “ibu” dalam bahasa jawa-ndeso. Dia seorang Janda yang di tinggal mati suaminya sejak 20 tahun yl, mempunyai anak laki-laki satu tetapi sudah pergi merantau (katanya) dan sampai saat ini tidak ada kabar beritanya. Saat anak pertamaku lahir dan cuti istriku habis, kami kemudian mencari pembantu untuk merawat bayi, karena saat itu tugas Puskesmas mengharuskan kami bertempat tinggal di rumah dinas Puskesmas yang kebetulan berlokasi di desa pelosok yang terletak di kaki G.Telomoyo. Berkat pertolongan dari Bu Lurah setempat kami di tawari seorang calon pembantu perempuan, sudah punya anak tapi sudah besar, suami meninggal, berusia sekitar 45 tahun, tidak ada tanggungan keluarga, biasa di panggil dengan “Biyung” Wah….cocok nih…! Kami sangat senang dan meminta supaya mbok Jumini datang dulu kerumah.
Dua hari kemudian Biyung datang….kami sangat terkejut melihat kondisinya…begitu kurus, dekil, kulit legam terbakar matahari,ber-kebaya butut dengan mulut tak henti2 nya nyusur/nginang daun sirih.
Saat kami ajak ngobrol, dia tidak mengerti bahasa Indonesia, sementara aku sendiri belum fasih berbahasa Jawa saat itu, Parahnya lagi dia tidak mengenal atau tidak mengerti tentang Listrik, maupun kompor Gas. Ternyata selama ini Biyung tinggal di gubuk beralas tanah dan berdinding anyaman bambu di desa “Gedok” yang merupakan desa yang paling terpencil, akses kerumahnya hanya bisa dengan sepeda motor, itupun denga resiko tergelincir jatuh ke Jurang dengan kedalaman puluhan meter, Tukang ojek saja menolak bila ada job ke desa itu, pilihan lain ya dg lawalata (jalan kaki). Tidak heran dia hanya mengenal lampu teplok, senthir dan obor beserta minyak “liun”….tahu nggak, setelah seminggu aku baru tahu kalau minyak liun itu adalah minyak tanah…xixixi….
Memasak dan sebangsanya menggunakan tungku di pawon, dengan bahan bakar biji/bunga pinus…Biyung memang selama ini mencari nafkah dengan mengumpulkan bunga cemara-pinus untuk dikeringkan dan di jual di pasar desa terdekat untuk ditukar dengan jagung dan ikan asin. Jagung tersebut akan di giling untuk dibuat nasi jagung. Ikan asin biasa dia beli jenis “peda”. Cara menggoreng peda juga beda, dia bungkus dahulu dengan daun Jipan/labu siam baru di goreng atau di masukkan ke dalam abu yang panas…setelah masak, daun labu tersebut di kelotok dari ikan asinnya dan dia makan sebagai lauk, sementara ikan asinnya di simpan di toples dulu, untuk dimakan menyusul kemudian, supaya hemat katanya….Mengenaskan…tetapi justru aku sampai sekarang jadi ikut menyukainya,menggoreng ikan asin peda dengan dibungkus daun labu siam dulu..hehehe…
Butuh waktu 1 bulan supaya Biyung mengerti tentang peralatan listrik beserta bahayanya, dia begitu terheran-heran dengan rice cooker yang bisa memasak nasi dengan cepat dan mudah walaupun dia tetap menganggap memasak nasi cara kuno rasa nasinya lebih sedap..hahaha…Begitu juga dengan mesin cuci, dia heran kok bisa sekaligus memeras cucian sehingga tinggal diangin-angin sudah kering…. Tetapi tetap dia kritik juga kalau nyuci dengan tangan lebih bersih….ya udah…..kami tertawa aja….begitu juga dengan kompor gas….dia begitu kagum melihat cepatnya memasak, dia bilang “kompor kok iso murup dewe…?” dia paling kagum meihat betapa cepatnya aku mendidihkan segelas air untuk membuat kopi…tapi itupun tidak luput dari kritik dia bahwa masakan dengan kompor gas kalah sedap dibanding memasak dengan tungku dan kayu bakar, katanya “ langkung eco masakan ngangge pawon”……aseemm tenaaan……mau kubantah juga percuma, wong selama ini aku juga ngak pernah punya pawon…hehehe
Begitu juga dengan “Blender”, yang menurutnya cepat buat menggiling bumbu tapi nggak bisa buat ngulek sambel terasi dan sambel kosek (cabe rawit,bawang putih dan garam doang diulek)….ya udaah…kami akui dia benar….Cuma satu alat yang dia kagumi dan tidak di kritik…yaitu setrika….karena kalau aku melihat baju yang dia kenakan selama ini banyak bolong2nya karena kena percikan api setrika arang atau mungkin kepanasan apinya..hahaha…..akhirnya dia mengakui juga kalau ada satu alat modern yang hebat menurutnya….yaitu setrika.
Biyung memiliki watak yang keras, jujur dan lugu, dia tidak segan-segan protes apabila ada sesuatu yang menurutnya tidak benar, bahkan beberapa kali dia marah sama aku manakala aku lagi memarahi anak2 karena nakal, dia benar2 sangat membela anak2...aku yang sering terkejut kalau dia mengingatkan sbb; " sing namine lare menawi nakal nggih lumrah, njenengan niku sing sepuh kedah mangertos ! (yang namanya anak, kalau nakal itu ya lumrah, anda yang sebagai orang tua harus bisa mengerti!)
Yaah....ak banyak belajar dari Biyung, walaupun dia orang tidak bersekolah, tetapi norma2 pendidikan budi pekerti dan sosial dia menjiwai benar. Pernah anakku berantem dengan anak tetangga, saat orang tua anak tersebut datang ke rumah malah si Biyung yang menghadapi sambil mmbawa arit/sabit....hehehe....lagaknya mau membersihkan rumput halaman rumah, tetapi si orang tsb tersebut ngeper, takut juga dan ngeloyor pulang tanpa pamit...hahaha.....
Saat ini Biyung sudah tidak bekeja lagi padaku, karena merasa sudah tua dan tidak kuat lagi juga enggak mau ikut kami pindah ke Solo, dia mau menghabiskan sisa hidupnya di rumah dan didesanya. Sekarang rumahnya sudah bagus, terpasang listrik PLN, memakai kompor gas, rice cooker-magic jar, blender dll…pokoknya sekarang dia memakai peralatan yang serba listrik deh, uang tabungannya selama 15 tahun bekerja masih cukup untuk membeli kambing dan ayam untuk dia pelihara sebagai hiburan dan mata pencahariannya.
Kami sekeluarga Lebaran kemarin main kerumahnya, walaupun harus berjalan kaki, naik-turun bukit selama 3 jam. Betapa senangnya Biyung menyambut kedatangan kami….dan hebatnya, dia sengaja memasak masakan khas lebaran di kampungnya seperti “ketupat, dendeng kelem, opor ayam dan sayur nangka muda” dengan menggunakan api tungku pawon…..dan….kali ini setelah 15 tahun, akhirnya aku mengakui….bahwa masakan Biyung dengan menggunakan api tungku pawon memang benar terasa lebih lebih sedap…xixixi…..
……Yung….kudoa’kan semoga sampeyan sehat-sehat saja yoo….kami serumah selalu kangen Biyung…..*hikz…
Senin, Oktober 19, 2009
Kecemburuan (kebencian ) Profesi
Setiap manusia pasti memiliki keinginan agar dapat mencapai cita-citanya, walau serendah apapun tingkat pendidikan yang mereka miliki.Persoalan apakah nantinya setelah menyelesaikan studi terus dapat memperoleh pekerjaan sesuai yang diinginkannya aku tidak akan mengulas dalam posting ini.
Sebenarnya untuk apa sih kita itu bersekolah? Pasti jawaban nya sebagian besar adalah “supaya pintar”, jawaban lain mungkin supaya dapat “mencapai cita-cita”, mungkin juga ada jawaban “supaya hidupnya enak dan bahagia kelak”. Apapun jawabannya yang pasti semua bertujuan baik….iya kan…?
Nah….Kalau kita melihat keluar diri kita sejenak, maka akan kita lihat bermacam-macam profesi di dunia ini. Mulai dari yang dianggap sebagai profesi strata rendah sampai dengan yang strata tinggi. Tentunya semakin tinggi strata profesi mereka, berbanding lurus dengan tingkat intelektual dan tingkat jabatan dalam profesi yang digelutinya. Memang ada kasus tertentu dimana orang dengan pendidikan formal yang biasa2 saja tetapi dapat mencapai status profesi dan status sosial yang tinggi sekali…tapi itu kasus yang sangat jarang, biasanya kalau bukan karena dasarnya dia memang cerdas, mungkin juga karena didukung oleh kekuatan finansial dan pengaruh kondisi sosial atau politik yang luar biasa dari keluarganya atau orang2 dsekitarnya.
Lalu bagaimana dengan orang2 yang “kebetulan” memiliki tingkat pendidikan yang pas-pasan….? Tentunya dia harus menyadari bahwa boleh saja dia memiliki impian cita2 yang sangat tinggi, tetapi patut diingat bahwa dia pasti memiliki keterbatasan dalam bidang kemampuan akademik untuk bersaing mencapai cita2 nya. Karena banyak sekali profesi yang ditentukan oleh jenjang pendidikan mereka. Sebagai contoh seorang Insinyur sipil, tentunya tidak akan mungkin seorang tamatan STM mampu merancang bangunan sebagaimana canggihnya seorang Insinyur, kecuali dia menjadi seorang pemilik perusahaan konstruksi yang mempekerjakan Insinyur…tetapi tetap dia bukan seorang Insinyur. Demikian juga tidaklah mungkin seseorang yang bukan kuliah di fakultas Kedokteran melakukan pekerjaan atau profesi sebagai seorang dokter. Walaupun bisa saja dia memiliki S3 non Kedokteran dan memiiliki rumah sakit, tetapi tetap dia berada diluar dari ikatan Kolegium Kedokteran. Ikatan Kolegium adalah suatu perkumpulan dari para teman sejawat yang memiliki profesi yang sama, profesi lain tidak akan bisa memasukinya. Karena syarat untuk bisa menjadi suatu anggota Kolegium adalah harus bersekolah di pendidikan tertentu sampai dinyatakan lulus dan baru dapat diterima sebagai anggota suatu kolegium. Dalam suatu kolegium disitu akan didapatkan banyak sekali aturan2 main didalam menjalankan profesi, juga aturan hubungan profesi dengan konsumen juga antar teman2 sejawat sendiri Aturan ini sangat ketat…mirip suatu sumpah jabatan yang benar2 harus ditaati dengan konsekuensi yang sangat berat dan mengikat bagi para anggota bila sampai melanggarnya.
Tentunya didalam kiprahnya dimasyarakat, pasti profesi apapun pernah mengalami suatu friksi dengan profesi-profesi lainnya, entah dengan posisi sebagi konsumen ataupun produsen ataupun tidak dalam posisi apapun. Yang jadi masalah bagiku adalah ada kecenderungan bahwa profesi tertentu menjadi incaran profesi yang lainnya………..entah dengan alasan melindungi kepentingan konsumen(baca:masyarakat) menegakkan keadilan atau semata-mata mencari kesalahan belaka. Sudah sering kita lihat berita tentang seorang penegak hukum yang di tangkap polisi karena tuduhan korupsi, adalagi profesi sebagi seorang developer yang diproses pengadilan gara2 surat izin, atau ada lagi kasus seorang profesi dokter yang “dituduh” melakukan tindakan malpraktek.
Dalam mengusut kasus2 yang menyangkut suatu keahlian tertentu, sangatlah sulit karena tidaklah mudah untuk menembus barikade ikatan kolegium dari sipemilik profesi yang dipermasalahkan, karena mereka juga memiliki aturan main sendiri. Saya tidak mau memperpanjang proses detil tentang aturan main tersebut manakala seseorang professional terjerat oleh hukum. Justru saya melihat banyak keanehan di dalam kehidupan sehari-hari dengan banyaknya opini yang terbentuk di mayarakat apabila seseorang yang memiliki profesi tertentu “dianggap” melakukan suatu kelalaian, maka tudingan, celaan dan hinaan seolah-olah ditujukankepada profesi tersebut dengan tanpa melihat permasalah secara substansial…hanya dengan asumsi-asumsi belaka dan praduga-praduga yang dibumbu-bumbui gosip demi mencapai suatu kesimpulan untuk mendiskreditkan suatu profesi tertentu.
Demikian juga selama saya aktif ngeblog, beberapa kali saya temukan artikel-artikel yang entah itu merupakan tulisan si-empunya blog atau hanya berupa copas dari mass media/internet yang berisikan suatu tulisan bernada “miring” untuk mencerca suatu profesi tertenu, payahnya lagi sipenulis sama sekali tidak ada kaitannya dengan profesi yang di cercanya, tetapi berani-beraninya mendiskreditkan suatu organisasi profesi, tentu saja jadi aneh…apa dasarnya dia menulis itu..? kalau dalihnya menegakkan kebenaran….apa dia polisi ?...apa dia jaksa?...silahkan tuntut saja….Tetapi kalau hanya sekedar membentuk opini massa tanpa memiliki kepentingan atau tujuan sesuai dengan profesi yang dimilikinya….ahh….itu sok tahu…..fitnah namanya…!!, dan seseorang yang suka menyebarkan fitnah adalah orang yang harus dijauhi..berbahaya……! Menurutku mereka hanyalah termasuk dalam segelintir manusia dengan tingkat intelektualitas tanggung yang mencoba membalaskan rasa sakit hati dan iri-dengki karena tidak memiliki cukup kemampuan mencapai profesi yang dicelanya tetapi sebenarnya mungkin merupakan cita-citanya yang tidak kesampaian.
“Maksud hati memeluk gunung apa daya tanganku tak sampai….ku bakar saja sekalian hutannya”….xixixixi....
Sebenarnya untuk apa sih kita itu bersekolah? Pasti jawaban nya sebagian besar adalah “supaya pintar”, jawaban lain mungkin supaya dapat “mencapai cita-cita”, mungkin juga ada jawaban “supaya hidupnya enak dan bahagia kelak”. Apapun jawabannya yang pasti semua bertujuan baik….iya kan…?
Nah….Kalau kita melihat keluar diri kita sejenak, maka akan kita lihat bermacam-macam profesi di dunia ini. Mulai dari yang dianggap sebagai profesi strata rendah sampai dengan yang strata tinggi. Tentunya semakin tinggi strata profesi mereka, berbanding lurus dengan tingkat intelektual dan tingkat jabatan dalam profesi yang digelutinya. Memang ada kasus tertentu dimana orang dengan pendidikan formal yang biasa2 saja tetapi dapat mencapai status profesi dan status sosial yang tinggi sekali…tapi itu kasus yang sangat jarang, biasanya kalau bukan karena dasarnya dia memang cerdas, mungkin juga karena didukung oleh kekuatan finansial dan pengaruh kondisi sosial atau politik yang luar biasa dari keluarganya atau orang2 dsekitarnya.
Lalu bagaimana dengan orang2 yang “kebetulan” memiliki tingkat pendidikan yang pas-pasan….? Tentunya dia harus menyadari bahwa boleh saja dia memiliki impian cita2 yang sangat tinggi, tetapi patut diingat bahwa dia pasti memiliki keterbatasan dalam bidang kemampuan akademik untuk bersaing mencapai cita2 nya. Karena banyak sekali profesi yang ditentukan oleh jenjang pendidikan mereka. Sebagai contoh seorang Insinyur sipil, tentunya tidak akan mungkin seorang tamatan STM mampu merancang bangunan sebagaimana canggihnya seorang Insinyur, kecuali dia menjadi seorang pemilik perusahaan konstruksi yang mempekerjakan Insinyur…tetapi tetap dia bukan seorang Insinyur. Demikian juga tidaklah mungkin seseorang yang bukan kuliah di fakultas Kedokteran melakukan pekerjaan atau profesi sebagai seorang dokter. Walaupun bisa saja dia memiliki S3 non Kedokteran dan memiiliki rumah sakit, tetapi tetap dia berada diluar dari ikatan Kolegium Kedokteran. Ikatan Kolegium adalah suatu perkumpulan dari para teman sejawat yang memiliki profesi yang sama, profesi lain tidak akan bisa memasukinya. Karena syarat untuk bisa menjadi suatu anggota Kolegium adalah harus bersekolah di pendidikan tertentu sampai dinyatakan lulus dan baru dapat diterima sebagai anggota suatu kolegium. Dalam suatu kolegium disitu akan didapatkan banyak sekali aturan2 main didalam menjalankan profesi, juga aturan hubungan profesi dengan konsumen juga antar teman2 sejawat sendiri Aturan ini sangat ketat…mirip suatu sumpah jabatan yang benar2 harus ditaati dengan konsekuensi yang sangat berat dan mengikat bagi para anggota bila sampai melanggarnya.
Tentunya didalam kiprahnya dimasyarakat, pasti profesi apapun pernah mengalami suatu friksi dengan profesi-profesi lainnya, entah dengan posisi sebagi konsumen ataupun produsen ataupun tidak dalam posisi apapun. Yang jadi masalah bagiku adalah ada kecenderungan bahwa profesi tertentu menjadi incaran profesi yang lainnya………..entah dengan alasan melindungi kepentingan konsumen(baca:masyarakat) menegakkan keadilan atau semata-mata mencari kesalahan belaka. Sudah sering kita lihat berita tentang seorang penegak hukum yang di tangkap polisi karena tuduhan korupsi, adalagi profesi sebagi seorang developer yang diproses pengadilan gara2 surat izin, atau ada lagi kasus seorang profesi dokter yang “dituduh” melakukan tindakan malpraktek.
Dalam mengusut kasus2 yang menyangkut suatu keahlian tertentu, sangatlah sulit karena tidaklah mudah untuk menembus barikade ikatan kolegium dari sipemilik profesi yang dipermasalahkan, karena mereka juga memiliki aturan main sendiri. Saya tidak mau memperpanjang proses detil tentang aturan main tersebut manakala seseorang professional terjerat oleh hukum. Justru saya melihat banyak keanehan di dalam kehidupan sehari-hari dengan banyaknya opini yang terbentuk di mayarakat apabila seseorang yang memiliki profesi tertentu “dianggap” melakukan suatu kelalaian, maka tudingan, celaan dan hinaan seolah-olah ditujukankepada profesi tersebut dengan tanpa melihat permasalah secara substansial…hanya dengan asumsi-asumsi belaka dan praduga-praduga yang dibumbu-bumbui gosip demi mencapai suatu kesimpulan untuk mendiskreditkan suatu profesi tertentu.
Demikian juga selama saya aktif ngeblog, beberapa kali saya temukan artikel-artikel yang entah itu merupakan tulisan si-empunya blog atau hanya berupa copas dari mass media/internet yang berisikan suatu tulisan bernada “miring” untuk mencerca suatu profesi tertenu, payahnya lagi sipenulis sama sekali tidak ada kaitannya dengan profesi yang di cercanya, tetapi berani-beraninya mendiskreditkan suatu organisasi profesi, tentu saja jadi aneh…apa dasarnya dia menulis itu..? kalau dalihnya menegakkan kebenaran….apa dia polisi ?...apa dia jaksa?...silahkan tuntut saja….Tetapi kalau hanya sekedar membentuk opini massa tanpa memiliki kepentingan atau tujuan sesuai dengan profesi yang dimilikinya….ahh….itu sok tahu…..fitnah namanya…!!, dan seseorang yang suka menyebarkan fitnah adalah orang yang harus dijauhi..berbahaya……! Menurutku mereka hanyalah termasuk dalam segelintir manusia dengan tingkat intelektualitas tanggung yang mencoba membalaskan rasa sakit hati dan iri-dengki karena tidak memiliki cukup kemampuan mencapai profesi yang dicelanya tetapi sebenarnya mungkin merupakan cita-citanya yang tidak kesampaian.
“Maksud hati memeluk gunung apa daya tanganku tak sampai….ku bakar saja sekalian hutannya”….xixixixi....
Jumat, Oktober 16, 2009
Coffee…Tea…Me….?
Sebulan terakhir ini, dunia entertainment negeri kita di ramaikan dengan hingar-bingarnya berita perceraian KD & Anang, disusul dengan pro-kontra kedatangan Maria Ozawa, serta syuting filmnya Julia Roberts di Bali.
Soal kekisruhan rumah tangga si Kris Dayanti – Anang, kayaknya sudah merupakan berita baru tetapi basi, karena sebenarnya rumah tangga mereka sudah lama di kabarkan retak, persoalannya tidak jauh dari perselingkuhan dengan orang ke tiga, keempat ,..dst.
Sepertinya sudah merupakan trend di kalangan artis kita untuk ikut mode kawin- cerai, kawin lagi, cerai lagi, habis kawin cerai lagi….habis cerai kawin lagi, teruuuuusss….begitu nggak ada bosan-bosannya…Hmmm….kesannya lembaga perkawinan hanya sebagai legalitas dari hubungan sexual liar belaka, entar kalo udah bosan… ya cerai lagi, terus…..? …..ya cari “obyekan” baru dan…kawin lagi dooong…..apa nggak nikmat…eh, munafik itu namanya?
Bagaimana dengan M.ozawa? . Dia mungkin mungkin berprinsip daripada kawin cerai kayak seleb-seleb di negeri kita….ya mendingan nyemplung sekalian jadi bintang film porno…. nggak perlu malu-malu kucing garong….enggak ada yang perlu ditutup-tutupi…termasuk tubuhnya sekalian, asyik kan..? malah lebih jujur tuh…, dan kita bisa dengan santai menonton film nya yang berjudul “Coffee…Tea….Me….?”….(kalo’ yg ini belum dibuat kok )
Bagaimana dengan Julia Roberts…? Dia juga mulai jadi sangat terkenal setelah main jadi pemeran utama di film “pretty woman” yang notabene dia berperan sebagai pelacur yang ketiban anugerah cinta bagaikan sang Cinderella. Dia sekarang ada di Bali sedang syuting film “eat, pray, love”. Kayak apa film nya kita tunggu saja peluncurannya tahun depan, tapi kayaknya nggak jauh-jauh dari film roman yang memang keahliannya si Julia Roberts.
Segenap aparat pemerintah dan kalangan masyarakat mendukung dan menerimanya dengan tangan terbuka, bahkan soal keamanan lokasi syutingpun di kerahkan para “pecalang”, yang sebenarnya merupakan pengejawantahan dari betapa masyarakat adat Bali menerima kedatangannya.
Beda dengan M.Ozawa, belum juga mendarat di Jakarta, sudah ada sekelompok organisasi massa yang mau menyegel bandara Sukarno-Hatta….WaH…!!! hebat be’eng…sampe mau nyegel bandara gara-gara kedatangan seorang artis….hehehe…bisa masuk catatan sejarah dunia tuh….
Mungkinkah situasinya akan berbeda…? Seandainya M.Ozawa melakukan syuting film di Bali? Apakah masyarakat Bali juga akan memperlakukan M.Ozawa sama dengan Julia Roberts…? Jawabannya bisa Ya bisa Tidak…tapi yang jelas tidak akan seheboh manakala M.Ozawa mendarat di Jakarta. Ini mungkin bisa menjadi catatan buat para pebisnis film, bila mau mendatangkan artis2 yang terkenal Hot, sexy atau porno, mendaratlah di lokasi yang betul2 aman, lakukanlah syuting di lokasi yang aman dan tertutup pula. Misalnya M.Ozawa main film di pulau Komodo gituu….selain bebas dari demo-demo kampungan…juga dapat sekalian mempromosikan P.Komodo lebih gencar lagi dimata dunia, pasti Ozawa nggak akan keberatan…dia kan Profesional, judulnya dibikin yang menarik…misalnya “ Miyabi Mencolek Komodo”…hahaha….berani nggak ya…?
Akhir kata, Selamat datang Julia Roberts (& M.ozawa…?)……nikmati keramah-tamahan (kemarahan) rakyat kami yang memiliki budaya santun (kucluk) ini………
Soal kekisruhan rumah tangga si Kris Dayanti – Anang, kayaknya sudah merupakan berita baru tetapi basi, karena sebenarnya rumah tangga mereka sudah lama di kabarkan retak, persoalannya tidak jauh dari perselingkuhan dengan orang ke tiga, keempat ,..dst.
Sepertinya sudah merupakan trend di kalangan artis kita untuk ikut mode kawin- cerai, kawin lagi, cerai lagi, habis kawin cerai lagi….habis cerai kawin lagi, teruuuuusss….begitu nggak ada bosan-bosannya…Hmmm….kesannya lembaga perkawinan hanya sebagai legalitas dari hubungan sexual liar belaka, entar kalo udah bosan… ya cerai lagi, terus…..? …..ya cari “obyekan” baru dan…kawin lagi dooong…..apa nggak nikmat…eh, munafik itu namanya?
Bagaimana dengan M.ozawa? . Dia mungkin mungkin berprinsip daripada kawin cerai kayak seleb-seleb di negeri kita….ya mendingan nyemplung sekalian jadi bintang film porno…. nggak perlu malu-malu kucing garong….enggak ada yang perlu ditutup-tutupi…termasuk tubuhnya sekalian, asyik kan..? malah lebih jujur tuh…, dan kita bisa dengan santai menonton film nya yang berjudul “Coffee…Tea….Me….?”….(kalo’ yg ini belum dibuat kok )
Bagaimana dengan Julia Roberts…? Dia juga mulai jadi sangat terkenal setelah main jadi pemeran utama di film “pretty woman” yang notabene dia berperan sebagai pelacur yang ketiban anugerah cinta bagaikan sang Cinderella. Dia sekarang ada di Bali sedang syuting film “eat, pray, love”. Kayak apa film nya kita tunggu saja peluncurannya tahun depan, tapi kayaknya nggak jauh-jauh dari film roman yang memang keahliannya si Julia Roberts.
Segenap aparat pemerintah dan kalangan masyarakat mendukung dan menerimanya dengan tangan terbuka, bahkan soal keamanan lokasi syutingpun di kerahkan para “pecalang”, yang sebenarnya merupakan pengejawantahan dari betapa masyarakat adat Bali menerima kedatangannya.
Beda dengan M.Ozawa, belum juga mendarat di Jakarta, sudah ada sekelompok organisasi massa yang mau menyegel bandara Sukarno-Hatta….WaH…!!! hebat be’eng…sampe mau nyegel bandara gara-gara kedatangan seorang artis….hehehe…bisa masuk catatan sejarah dunia tuh….
Mungkinkah situasinya akan berbeda…? Seandainya M.Ozawa melakukan syuting film di Bali? Apakah masyarakat Bali juga akan memperlakukan M.Ozawa sama dengan Julia Roberts…? Jawabannya bisa Ya bisa Tidak…tapi yang jelas tidak akan seheboh manakala M.Ozawa mendarat di Jakarta. Ini mungkin bisa menjadi catatan buat para pebisnis film, bila mau mendatangkan artis2 yang terkenal Hot, sexy atau porno, mendaratlah di lokasi yang betul2 aman, lakukanlah syuting di lokasi yang aman dan tertutup pula. Misalnya M.Ozawa main film di pulau Komodo gituu….selain bebas dari demo-demo kampungan…juga dapat sekalian mempromosikan P.Komodo lebih gencar lagi dimata dunia, pasti Ozawa nggak akan keberatan…dia kan Profesional, judulnya dibikin yang menarik…misalnya “ Miyabi Mencolek Komodo”…hahaha….berani nggak ya…?
Akhir kata, Selamat datang Julia Roberts (& M.ozawa…?)……nikmati keramah-tamahan (kemarahan) rakyat kami yang memiliki budaya santun (kucluk) ini………
Rabu, Oktober 14, 2009
Tentang Cinta, Komitmen dan Kesetiaan
Dari hasil aktifitas gentayangan tengah malam dirumah teman2 blogger selama periode pasca lebaran ini, aku menemukan ada tiga (3) artikel inspiratif yang mengulas tentang; Cinta, Komitmen dan Kesetiaan. Penulisnya, satu sudah berumah tangga dan yang dua belum (mungkin sebentar lagi). Sungguh menarik tulisan2 tersebut.
Pada blog yang pertama, mengulas tentang Cinta, disitu di ceritakan tenyang “lambang-lambang Cinta” yang ada di sekitar kita. Sering tidak kita sadari bahwa cinta itu pada dasarnya ada dimana-mana, tidak harus dalam bentuk romansa seorang pria dan wanita, tetapi bisa juga cinta hadir dalam bentuk yang lain, di contohkan tentang betapa bahagianya seseorang melihat tanaman kesayangannya yang dirawat dengan sepenuh hati mulai bermekaran dan kemudian menghasilkan buah yang indah, disadari atau tidak kita sering lupa bahwa kalau tidak ada unsur cinta di dalamnya maka tanaman tersebut akan kering dan mati merana. Sama seperti halnya dengan diriku yang begitu menikmati suasana pasar pagi , kemudian aktifitas memasak di dapur dan melihat betapa senangnya anak-istri menyantap masakan yang ku buat, itulah cinta…hadir dalam bentuk yang unik. Pada dasarnya manusia dan alam seisinya merupakan buah cinta dari Tuhan YME, dengan mensyukurinya dan merawatnya maka itu sudah merupakan suatu ‘ibadah’, suatu tanda kecintaan kita terhadap Tuhan YME.
Pada blog yang ke dua, mengulas tentang komitmen , timbul perenungan2 yang mendalam tentang definisi dan tujuan dari komitmen, apakah hanya sekedar janji pada diri sendiri, atau harus merupakan suatu kesepakatan dari keduabelah pihak demi mencapai suatu tujuan yang sudah direncanakan…? Yang pasti komitmen menurutku harus: ikhlas, bertujuan baik, didasari adanya rasa saling percaya, saling setia dan saling menghargai, dan….harus rendah hati tidak sombong. Kenapa begitu…? Karena ini menyangkut kehidupan bersama dari keduabelah pihak. Apa jadinya bila komitment tersebut ada unsur tak percaya, curiga, atau tinggi hati….hoho…itu bukan komitmen namanya….tapi cuma janji palsu atau semu….tak akan bertahan lama.
Posting dari teman blogger yang ke tiga mengulas tentang “sifat” lelaki manakala dihadapkan dengan sosok perempuan. Bagaimana dengan status lelaki tersebut bila sudah married, bagaimana bila belum….apakah memang lelaki itu selalu “mendua”, lalu dimana kesetiaan tersebut letaknya? Aku agak pusing dengan posting yang satu ini….karena bila salah persepsi aku kuatir bahwa si empunya blog akan menggeneralisasikan bahwa semua laki-laki itu punya “simpanan”…atau akan punya “simpanan”..atau pernah punya “simpanan”….wah…wah…wah….dunia nyata dan dunia maya memang berbeda, tetapi tetap satu jua….hahaha….
Yah….mari kita berlatih bijak menyikapi fenomena cinta, komitmen dan kesetiaan….Aku sendiri masih terus belajar tentang itu semua, dan selalu ku temukan hal-hal yang menarik didalamnya….
Pada blog yang pertama, mengulas tentang Cinta, disitu di ceritakan tenyang “lambang-lambang Cinta” yang ada di sekitar kita. Sering tidak kita sadari bahwa cinta itu pada dasarnya ada dimana-mana, tidak harus dalam bentuk romansa seorang pria dan wanita, tetapi bisa juga cinta hadir dalam bentuk yang lain, di contohkan tentang betapa bahagianya seseorang melihat tanaman kesayangannya yang dirawat dengan sepenuh hati mulai bermekaran dan kemudian menghasilkan buah yang indah, disadari atau tidak kita sering lupa bahwa kalau tidak ada unsur cinta di dalamnya maka tanaman tersebut akan kering dan mati merana. Sama seperti halnya dengan diriku yang begitu menikmati suasana pasar pagi , kemudian aktifitas memasak di dapur dan melihat betapa senangnya anak-istri menyantap masakan yang ku buat, itulah cinta…hadir dalam bentuk yang unik. Pada dasarnya manusia dan alam seisinya merupakan buah cinta dari Tuhan YME, dengan mensyukurinya dan merawatnya maka itu sudah merupakan suatu ‘ibadah’, suatu tanda kecintaan kita terhadap Tuhan YME.
Pada blog yang ke dua, mengulas tentang komitmen , timbul perenungan2 yang mendalam tentang definisi dan tujuan dari komitmen, apakah hanya sekedar janji pada diri sendiri, atau harus merupakan suatu kesepakatan dari keduabelah pihak demi mencapai suatu tujuan yang sudah direncanakan…? Yang pasti komitmen menurutku harus: ikhlas, bertujuan baik, didasari adanya rasa saling percaya, saling setia dan saling menghargai, dan….harus rendah hati tidak sombong. Kenapa begitu…? Karena ini menyangkut kehidupan bersama dari keduabelah pihak. Apa jadinya bila komitment tersebut ada unsur tak percaya, curiga, atau tinggi hati….hoho…itu bukan komitmen namanya….tapi cuma janji palsu atau semu….tak akan bertahan lama.
Posting dari teman blogger yang ke tiga mengulas tentang “sifat” lelaki manakala dihadapkan dengan sosok perempuan. Bagaimana dengan status lelaki tersebut bila sudah married, bagaimana bila belum….apakah memang lelaki itu selalu “mendua”, lalu dimana kesetiaan tersebut letaknya? Aku agak pusing dengan posting yang satu ini….karena bila salah persepsi aku kuatir bahwa si empunya blog akan menggeneralisasikan bahwa semua laki-laki itu punya “simpanan”…atau akan punya “simpanan”..atau pernah punya “simpanan”….wah…wah…wah….dunia nyata dan dunia maya memang berbeda, tetapi tetap satu jua….hahaha….
Yah….mari kita berlatih bijak menyikapi fenomena cinta, komitmen dan kesetiaan….Aku sendiri masih terus belajar tentang itu semua, dan selalu ku temukan hal-hal yang menarik didalamnya….
Senin, Oktober 12, 2009
Menunggu
Kulayangkan pandanganku sepintas kearah Jam dinding yang tergantung di atas pintu kamarku, Hhmm…..Tiga jam lewat tengah malam. Sebenarnya tidak alasan yang urgen bagiku untuk tetap terjaga pada saat orang lain sedang terlelap dalam tidurnya. Tetapi saat ini nampaknya aku memang sedang dalam situasi yang selalu terulang dan terulang lagi manakala penanggalan kalender menunjukkan angka tersebut setiap tahunnya. Kombinasi angka ini selalu membangkitkan suatu memori yang begitu kuat terekam. Aku sudah berusaha untuk mensugesti pikiranku bahwa tanggal itu bukanlah tanggal yang istimewa, sama seperti tanggal-tanggal lain yang tertera dalam kalender. Tidak kurang usahaku untuk melupakan ke “khusus”an tanggal itu, tapi apa mau di kata kejadian yang melatar belakanginya seolah-olah tak merespon kemauan alam sadarku, aku sering merasa seperti orang yang aneh, bahkan sinting layaknya, mengapa tidak…?. Karena sebenarnya tidak ada keuntungan apapun yang kuperoleh baik sekarang maupun ke masa yang akan datang atas kejadian itu, bahkan membuatku merasa capek, seolah-olah selalu hidup dalam suatu pertarungan yang tak pernah berhenti, bagaikan kisah seorang gladiator yang selalu bertarung dengan lawan yang sama, dalam waktu yang sama, dan masa yang berbeda…sementara dia beranjak menua…sampai kapan dia akan menang?...pada akhirnya waktu juga yang akan membuat dia menyerah…patah….
Kugenggam erat ke dua tanganmu, kutatap lembut wajahmu, dan ku kecup keningmu, kurasakan lirih hembus nafasmu di wajahku….begitu dekat, ……Kubisikkan lembut kalimat cinta ketelingamu, sebait doa…dan janji….. tunggulah aku…
kemudian….
kau terlelap dalam tidurmu yang sempurna……selamat jalan kasih……
ps: buat ‘WA’, 23 Tahun yang lalu…………..
Kugenggam erat ke dua tanganmu, kutatap lembut wajahmu, dan ku kecup keningmu, kurasakan lirih hembus nafasmu di wajahku….begitu dekat, ……Kubisikkan lembut kalimat cinta ketelingamu, sebait doa…dan janji….. tunggulah aku…
kemudian….
kau terlelap dalam tidurmu yang sempurna……selamat jalan kasih……
ps: buat ‘WA’, 23 Tahun yang lalu…………..
Rabu, Oktober 07, 2009
Minggu Pagi, pindang & Aura Kasih
Seperti ritual minggu pagi biasanya, ku dorong si Tiger-Revo ku keluar pagar. Uniform lengkap; Celana jeans belel, sepatu boot, jaket kulit hitam, sarung tangan, dan helm kesayangan, enggak lupa keranjang belanja terikat di jok belakang.
Kutekan tombol start dan….Brrruuuummm…..!! Knalpot Yoshimura memuntahkan teriakan merdu…kutunggu satu menit sampai putaran mesin langsam.
Kumasukkan perseneling satu, kunaikkan RPM mesin sampai 4000, dan...Go...!!! nge-drag…xixixi…asyik juga, biar usia motor udah 2 tahun tapi lepas persneling tiga udah tembus kecepatan 100, buat motor lokal udah lumayanlah…emang dibanding mobilku bukan apa2…gigi dua aja dia bisa tembus 110, tinggal faktor kondisi jalan sama nekat aja mbawanya.
20 menit kemudian ku belokkan motor ke tempat parkir pasar pagi di tengah2 kota Salatiga.Seperti biasa si tukang parkir sudah menyambut dengan senyum menyeringai….hehehe….sambil ngomong; “ Tumben ndan, agak siang “, kujawab; “ He-eh mas, semalem susah tidur , jadi agak kesiangan bangunnya nih, gimana ikan lautnya? rame nggak?. “ Rame ndan…lagi banyak tongkol sama udang, tadi jam 3 saya ikut nurunin itu ikan”. “O-ya…kalo gitu tak beli tongkol aja”. “ Mau dimasak apa ndan…?”. “ Ahh..mau tahu aja kamu…hehehe…paling tak bikin pindang biar awet, titip ya mas..!”. “ Beres ndan…aman”.
Sampe di tempat jual ikan langganan, memang kulihat banyak Ikan tongkol, waktu kutanya harganya, dia kasih harga 18 ribu se-kilo buat yang besar, kalo yang agak kecil 16 ribu. Ya udah aku beli 5 kilo aja, cukuplah kalo di pindang,sekaligus banyak. Abis itu nyari bumbu2, yang penting harus ada serai, jeruk wangi, asam kandis, kluwak, jintan, sama bumbu ngo hiang….kalo bumbu udah lengkap mau masak apa aja gampang….
Setelah belanjaan komplit, aku kembali ke tempat parkir si tukang parkir masih setia nungguin, meskipun sambil ngladenin motor2 lainnya, dia bantu aku ngikat tas belanja di jok belakang. Setelah terikat kuat, dia sempat2nya nyeletuk,”ndan…apa belum punya istri ? kok belanjanya selalu sendiri…?. Ku jawab; “ Hehehe…emang kenapa mas…? Apa keliatan aku masih bujang…?”. Dia bilang..” ya pantesnya kalo kepasar kan bawa istri ndan…atau sama cewek…jadi lebih luwes..gitu ndan…”. Kujawab; “ lha apa ada sih cewek yang mau naik motor pagi2 bareng aku mas…, terus cewek yang kayak apa pantesnya…?” .Dia jawab.” Yaa…yang cantik tho ndan…kaya Aura Kasih gituu….”. Sambil garuk2 kepala yang nggak gatal ku jawab; “Siapa mas…? Aura Kasih..? sapa tuh…?”
Dia jawab “ lhoo…masa nggak tahu tho ndan…itu loh artis yang sexy, sering nongol di TV kok…”. Ahh…sialan nih si tukang parkir ono-ono wae….
Sebentar kemudian aku meluncur pulang. Sampai dirumah, kuparkir motor di garasi, ku bawa belanjaan ke dapur, dan acara berikutnya jelas membersihkan itu ikan2, cuci sampe bersih, nyiapin bumbu pindang, terus di rebus di panci besar pake api kecil….hmm…paling enggak makan waktu 6 – 8 jam matangnya.
Selesai mandi pagi dan sarapan, kunyalakan PC dan nge klik “aura kasih” di dinding mbah Google.
Dan….wah…wah…wah...mataku langsung terbeliak menikmati foto2 si Aura Kasih….benar2 sexy….aku aja yang bego, sampe harus tukang parkir yang ngasih tahu….xixixixi….
Kutekan tombol start dan….Brrruuuummm…..!! Knalpot Yoshimura memuntahkan teriakan merdu…kutunggu satu menit sampai putaran mesin langsam.
Kumasukkan perseneling satu, kunaikkan RPM mesin sampai 4000, dan...Go...!!! nge-drag…xixixi…asyik juga, biar usia motor udah 2 tahun tapi lepas persneling tiga udah tembus kecepatan 100, buat motor lokal udah lumayanlah…emang dibanding mobilku bukan apa2…gigi dua aja dia bisa tembus 110, tinggal faktor kondisi jalan sama nekat aja mbawanya.
20 menit kemudian ku belokkan motor ke tempat parkir pasar pagi di tengah2 kota Salatiga.Seperti biasa si tukang parkir sudah menyambut dengan senyum menyeringai….hehehe….sambil ngomong; “ Tumben ndan, agak siang “, kujawab; “ He-eh mas, semalem susah tidur , jadi agak kesiangan bangunnya nih, gimana ikan lautnya? rame nggak?. “ Rame ndan…lagi banyak tongkol sama udang, tadi jam 3 saya ikut nurunin itu ikan”. “O-ya…kalo gitu tak beli tongkol aja”. “ Mau dimasak apa ndan…?”. “ Ahh..mau tahu aja kamu…hehehe…paling tak bikin pindang biar awet, titip ya mas..!”. “ Beres ndan…aman”.
Sampe di tempat jual ikan langganan, memang kulihat banyak Ikan tongkol, waktu kutanya harganya, dia kasih harga 18 ribu se-kilo buat yang besar, kalo yang agak kecil 16 ribu. Ya udah aku beli 5 kilo aja, cukuplah kalo di pindang,sekaligus banyak. Abis itu nyari bumbu2, yang penting harus ada serai, jeruk wangi, asam kandis, kluwak, jintan, sama bumbu ngo hiang….kalo bumbu udah lengkap mau masak apa aja gampang….
Setelah belanjaan komplit, aku kembali ke tempat parkir si tukang parkir masih setia nungguin, meskipun sambil ngladenin motor2 lainnya, dia bantu aku ngikat tas belanja di jok belakang. Setelah terikat kuat, dia sempat2nya nyeletuk,”ndan…apa belum punya istri ? kok belanjanya selalu sendiri…?. Ku jawab; “ Hehehe…emang kenapa mas…? Apa keliatan aku masih bujang…?”. Dia bilang..” ya pantesnya kalo kepasar kan bawa istri ndan…atau sama cewek…jadi lebih luwes..gitu ndan…”. Kujawab; “ lha apa ada sih cewek yang mau naik motor pagi2 bareng aku mas…, terus cewek yang kayak apa pantesnya…?” .Dia jawab.” Yaa…yang cantik tho ndan…kaya Aura Kasih gituu….”. Sambil garuk2 kepala yang nggak gatal ku jawab; “Siapa mas…? Aura Kasih..? sapa tuh…?”
Dia jawab “ lhoo…masa nggak tahu tho ndan…itu loh artis yang sexy, sering nongol di TV kok…”. Ahh…sialan nih si tukang parkir ono-ono wae….
Sebentar kemudian aku meluncur pulang. Sampai dirumah, kuparkir motor di garasi, ku bawa belanjaan ke dapur, dan acara berikutnya jelas membersihkan itu ikan2, cuci sampe bersih, nyiapin bumbu pindang, terus di rebus di panci besar pake api kecil….hmm…paling enggak makan waktu 6 – 8 jam matangnya.
Selesai mandi pagi dan sarapan, kunyalakan PC dan nge klik “aura kasih” di dinding mbah Google.
Dan….wah…wah…wah...mataku langsung terbeliak menikmati foto2 si Aura Kasih….benar2 sexy….aku aja yang bego, sampe harus tukang parkir yang ngasih tahu….xixixixi….
Sabtu, Oktober 03, 2009
Batik dan Keajaiban dunia.
Bukan karena mau latah kalau posting kali ini menyangkut batik, karena memang kenyataannya saat ini memang kita sedang merayakan ditetapkannya oleh UNESCO batik sebagai warisan budaya dunia non benda yang berasal dari Indonesia. Bangga…? Jelas iya lah…pengakuan tingkat dunia seperti ini jelas meruntuhkan segala kekuatiran akan di klaimnya batik sebagai milik Negara lain.
Walaupun tidak dilakukan suatu proses Paten-isasi batik dimana diharapkan adanya royalty, itu sudah tidak perlu lagi, karena pengakuan ini jelas mengatakan batik adalah milik kita. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah sepantasnya berbangga dengan pengakuan yang luar biasa itu.
Pengakuan batik sebagai warisan dunia juga memiliki konsekwensi bahwa kitapun tidak boleh sembarangan memperlakukan batik dengan semena-mena, menelantarkannya atau bahkan melecehkannya, dunia akan marah dan pengakuan itupun bisa dicabut. Momentum ini merupakan suatu titik tolak untuk melakukan suatu ‘refresh’ bagi bangsa kita untuk lebih menghargai budaya-budaya asli kita, dimana sering terkesan kita meremehkan keberadaannya. Mungkin karena kita terlalu kaya dengan unsur-unsur budaya daerah dan sudah merupakan dari bagian dari kehidupan kita sehari-hari, maka kita sering lalai dengan menjaganya dari para “perampok budaya” dari negara-negara kaya secara ekonomi tetapi sebenarnya miskin budaya asli.
Kalau kita urutkan dari daerah Aceh sampai Irian, betapa beragamnya budaya kita, mulai dari kesenian tari-tarian, kain dan pakaian, makanan, upacara adat, dll…..negara Amerika Serikat memiliki budaya asli Indian yang lambat laun semakin punah, Australia pun hanya memiliki budaya asli Aborigin…tidak heran karena penduduk mereka merupakan imigran dari mayoritas negara2 Eropa.
Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai suatu Negara, mulai dari jaman kerajaan2 kuno, unsur budaya Hindu mulai masuk, kemudian Budha, juga masuknya budaya Islam dimulai dari pedagang2 Gujarat, imigran2 China,kemudian budaya Eropa/Kristen melalui penjajahan Belanda/Portugis. Budaya-budaya yang mereka bawa telah berasimilasi di Indonesia disesuaikan dengan kondisi adat dan geografis sehinga menghasilkan suatu budaya baru yang sudah berbeda dengan budaya asalnya, karena sudah merupakan suatu racikan atau adonan yang melahirkan suatu budaya baru yaitu budaya khas Indonesia.
Kita akui bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, ras dan agama, tetapi kita semua memiliki kesamaan yaitu rasa cinta dan bangga sebagai bangsa Indonesia, sudah bukan zamannya lagi untuk membedakan ras pribumi dan non pribumi seperti pernah terjadi pada masa-masa kelam yang lalu. Kita adalah satu, kalau sudah menyangkut suatu kebanggaan sebagai suatu bangsa, saya yakin segenap komponen bangsa akan bersatu. Sebagai contoh saat Rudy hartono atau Liem Swie King atau Susi Susanti sedang bertanding bulu tangkis di tingkat dunia, segala doa dari para pemeluk agama baik Islam, Kristen, Hindu, Budha, KongHuCu di panjatkan ke padaNya, agar atlet-atlet kita memperoleh kemenangan.
Begitu juga saat MU gagal datang ke Indonesia karena adanya kasus pengeboman, betapa marah dan sedihnya para penggemar MU di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam manakala mengetahui gagalnya rencana pertandingan persahabatan di Indonesia. Ini merupakan kenyataan betapa uniknya orang Indonesia. Kenyataan ini menunjukan bahwa “fanatisme primordial” yang mengedepankan faktor agama, ras dan suku makin lama makin “out of date”.
Rasa kebersamaan, kerukunan dan saling pengertian sebagai sesama bangsa Indonesia dengan tetap mengutamakan keyakinan terhadap ajaran tentang kebaikan dari Agama yang dianut masing-masing penduduk, bagiku sebenarnya merupakan ………KEAJAIBAN DUNIA NOMOR SATU.
Begitulah.......
Walaupun tidak dilakukan suatu proses Paten-isasi batik dimana diharapkan adanya royalty, itu sudah tidak perlu lagi, karena pengakuan ini jelas mengatakan batik adalah milik kita. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah sepantasnya berbangga dengan pengakuan yang luar biasa itu.
Pengakuan batik sebagai warisan dunia juga memiliki konsekwensi bahwa kitapun tidak boleh sembarangan memperlakukan batik dengan semena-mena, menelantarkannya atau bahkan melecehkannya, dunia akan marah dan pengakuan itupun bisa dicabut. Momentum ini merupakan suatu titik tolak untuk melakukan suatu ‘refresh’ bagi bangsa kita untuk lebih menghargai budaya-budaya asli kita, dimana sering terkesan kita meremehkan keberadaannya. Mungkin karena kita terlalu kaya dengan unsur-unsur budaya daerah dan sudah merupakan dari bagian dari kehidupan kita sehari-hari, maka kita sering lalai dengan menjaganya dari para “perampok budaya” dari negara-negara kaya secara ekonomi tetapi sebenarnya miskin budaya asli.
Kalau kita urutkan dari daerah Aceh sampai Irian, betapa beragamnya budaya kita, mulai dari kesenian tari-tarian, kain dan pakaian, makanan, upacara adat, dll…..negara Amerika Serikat memiliki budaya asli Indian yang lambat laun semakin punah, Australia pun hanya memiliki budaya asli Aborigin…tidak heran karena penduduk mereka merupakan imigran dari mayoritas negara2 Eropa.
Indonesia memiliki sejarah panjang sebagai suatu Negara, mulai dari jaman kerajaan2 kuno, unsur budaya Hindu mulai masuk, kemudian Budha, juga masuknya budaya Islam dimulai dari pedagang2 Gujarat, imigran2 China,kemudian budaya Eropa/Kristen melalui penjajahan Belanda/Portugis. Budaya-budaya yang mereka bawa telah berasimilasi di Indonesia disesuaikan dengan kondisi adat dan geografis sehinga menghasilkan suatu budaya baru yang sudah berbeda dengan budaya asalnya, karena sudah merupakan suatu racikan atau adonan yang melahirkan suatu budaya baru yaitu budaya khas Indonesia.
Kita akui bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, ras dan agama, tetapi kita semua memiliki kesamaan yaitu rasa cinta dan bangga sebagai bangsa Indonesia, sudah bukan zamannya lagi untuk membedakan ras pribumi dan non pribumi seperti pernah terjadi pada masa-masa kelam yang lalu. Kita adalah satu, kalau sudah menyangkut suatu kebanggaan sebagai suatu bangsa, saya yakin segenap komponen bangsa akan bersatu. Sebagai contoh saat Rudy hartono atau Liem Swie King atau Susi Susanti sedang bertanding bulu tangkis di tingkat dunia, segala doa dari para pemeluk agama baik Islam, Kristen, Hindu, Budha, KongHuCu di panjatkan ke padaNya, agar atlet-atlet kita memperoleh kemenangan.
Begitu juga saat MU gagal datang ke Indonesia karena adanya kasus pengeboman, betapa marah dan sedihnya para penggemar MU di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam manakala mengetahui gagalnya rencana pertandingan persahabatan di Indonesia. Ini merupakan kenyataan betapa uniknya orang Indonesia. Kenyataan ini menunjukan bahwa “fanatisme primordial” yang mengedepankan faktor agama, ras dan suku makin lama makin “out of date”.
Rasa kebersamaan, kerukunan dan saling pengertian sebagai sesama bangsa Indonesia dengan tetap mengutamakan keyakinan terhadap ajaran tentang kebaikan dari Agama yang dianut masing-masing penduduk, bagiku sebenarnya merupakan ………KEAJAIBAN DUNIA NOMOR SATU.
Begitulah.......
Langganan:
Postingan (Atom)